Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Herawati Diah dalam Kenangan

Kompas.com - 30/09/2016, 17:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Telah berpulang ke haribaan Sang Maha Pencipta Allah Subhannawataala, Maha pengasih dan Maha penyayang, seorang hambanya salah satu penulis, pelopor dan perintis wartawan Indonesia, Ibu Herawati Diah dalam usia 99 tahun. 

Usia yang bila dihadapkan dengan rata-rata orang Indonesia pada umumnya, termasuk golongan yang cukup langka.  

Inalilahi Wainaillaihi Rojiun, semoga almarhumah dapat diterima disisi Yang Maha Kuasa sesuai dengan amal dan ibadahnya, serta diampuni segala dosa-dosanya, Amin YRA.

Terakhir kali  saya bertemu dengan Ibu Herawati terjadi beberapa bulan lalu dalam kesempatan silaturahmi rutin kelompok kecil wartawan senior di salah satu kediaman wartawan senior di Bogor.  

Saat itu, walau beliau sudah berada di kursi roda, akan tetapi pancaran wajahnya masih memperlihatkan aura kecerdasan dan semangat seorang ibu yang datang dari kalangan kaum terpelajar.  

Di usianya yang sudah mencapai 99 tahun, beliau masih mampu berkomunikasi dengan baik ditengah-tengah kelompok kecil yang merupakan salah satu bagian dari komunitas wartawan senior yang hadir diwaktu itu.  

Beliau tampak sehat dan tetap kelihatan bersemangat tinggi dalam berbincang tentang masalah keseharian yang berlangsung kala itu.  

Saya menatap wajahnya sambil menerawang membayangkan, bahwa ibu Hera ini pada tahun depan akan genap berusia 100 tahun, sungguh luar biasa.  

Pada kenyataannya  Tuhan telah menentukan lain, dan Ibu Hera tidak sempat melangkah hingga mencapai tahun 2017.

Saya mengetahui atau mengenal ibu Herawati di tahun-tahun 1950-an dengan sebutan Tante Hera. Kala itu  Ayah dan Ibu saya menyebut atau memanggil teman-temannya dengan istilah Bung dan Zus.  

Diantaranya adalah Bung BM Diah dan Zus Hera untuk Bapak BM Diah dan Ibu Herawati, Bung Adam dan Zus Nelly untuk Bapak Adam Malik dan Ibu Nelly Adam Malik, Bung Mashud dan Zus Moeke untuk Bapak Mashud dan Ibu Moeke Mashud dan lain-lainnya.  

Sementara itu kami, anak-anaknya menggunakan panggilan Om dan Tante serta ada juga kalanya beberapa yang menggunakan sebutan Bung dan Tante.  

Lama setelah itu saya tidak pernah bertemu lagi dengan beliau dan baru berjumpa kembali beberapa tahun lalu, setelah saya memasuki masa pensiun dan menerima undangan silaturahmi dari Bapak Parni Hadi, mantan Direktur LKBN Antara dan Tante Mashud, isteri dari almarhum Bapak Mashud, eks kepala perwakilan Kantor Berita Antara di London.

Pada kesempatan reuni keluarga besar para mantan wartawan Kantor Berita Antara di Jakarta itulah untuk pertama kali setelah tahun 1950-1960an saya berjumpa kembali dengan Tante Hera, Ibu Herawati Diah.

Wartawati super senior Herawati Diah, nama lengkapnya Siti Latifah Herawati Diah, lahir di Belitung pada tanggal 3 April 1917, dari pasangan Bapak Dokter Raden Latif dan Siti Halimah.  

Bersekolah di Jakarta, yang dilanjutkan ke Tokyo Jepang dan kemudian ke Amerika Serikat untuk studi sosiologi di Barnard College yang berafiliasi dengan Universitas Columbia, New York. Herawati Diah menyelesaikan pendidikannya di US dan lulus pada tahun 1941.  

Setelah kembali ke Indonesia, Herawati Diah memulai kiprahnya sebagai dengan bekerja sebagai wartawan di perwakilan kantor berita United Press International (UPI).  Setelah itu ibu Herawati  bergabung dan aktif juga sebagai penyiar di radio Hosokyoku.

Almarhumah menikah dengan Burhanudin Muhamad Diah. Pada 1 Oktober 1945, B.M. Diah mendirikan Harian Merdeka, dimana ibu Herawati turut aktif dan  juga terlibat penuh  dalam upaya  mempersiapkan dan mengembangkan harian Merdeka. 

Di tahun 1955, mereka kemudian mendirikan Koran berbahasa Inggris pertama di Indonesia yang terkenal dengan nama The Indonesian Observer.

Koran itulah yang diterbitkan dan dibagikan pertama kali dalam Konferensi Asia Afrika yang bersejarah itu di Bandung, Jawa Barat, tahun 1955.    Sayangnya Koran The Indonesian Observer hanya mampu bertahan hingga tahun 2001.

Pada usianya yang sudah senja, Herawati masih sangat aktif bergiat dalam beberapa pertemuan silaturahim baik keluarga maupun komunitas wartawan senior.  

Di sisi lain beliau juga tetap berusaha menekuni hobinya bermain bridge yang terkadang bisa hingga dua kali seminggu. Bahkan, ia masih terus berusaha untuk dapat juga untuk tetap bisa mengikuti beberapa turnamen bridge. 

Menurut ibu Hera, dengan bermain bridge, maka kemampuan otak akan terus terpelihara, terasah dan bahkan dipercaya dapat membantu dalam upaya mencegah “pikun”.

Selamat Jalan Ibu Hera, Tante Hera, Zus Hera. Selamat jalan Ibu Herawati Diah, Ibu Wartawan Indonesia, mari kita doakan bersama semoga arwah beliau diterima disisi Sang Maha Pencipta sesuai dengan amal ibadahnya serta diampuni segala dosa-dosanya. 

Teriring doa bagi keluarga yang ditinggalkan untuk memperoleh kekuatan dalam menghadapi ini semua. Amin YRA.

Jakarta 30 September 2016

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Nasional
Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Nasional
Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

Nasional
Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Nasional
Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Nasional
Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Nasional
Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Nasional
Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP, TPN Ganjar-Mahfud: Harus Ditangani Serius

Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP, TPN Ganjar-Mahfud: Harus Ditangani Serius

Nasional
Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Nasional
Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Nasional
Selain 2 Oknum Lion Air,  Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Selain 2 Oknum Lion Air, Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Nasional
Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Nasional
Hasto Minta Yusril Konsisten karena Pernah Sebut Putusan MK Soal Syarat Usia Cawapres Picu Kontroversi

Hasto Minta Yusril Konsisten karena Pernah Sebut Putusan MK Soal Syarat Usia Cawapres Picu Kontroversi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com