JAKARTA, KOMPAS.com - Organisasi Greenpeace Indonesia menuntut perusahaan kelapa sawit di Indonesia untuk memenuhi komitmen dalam membangun kebijakan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan.
Juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia, Yuyun Indradi menyatakan, banyak perusahaan besar di Indonesia sudah memiliki komitmen pasca-bergabung dengan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Kendati demikian, komitmen yang telah disepakati tersebut seringkali tak diimplementasikan. Alhasil, kerusakan lingkungan hingga pelanggaran HAM tetap terjadi karena ekspansi perkebunan kelapa sawit.
"Meskipun banyak komitmen mengakhiri deforestasi dan menyelesaikan konflik, nyatanya masalah lingkungan dan sosial yang serius di pasokan minyak sawit global yang diperdagangkan perusahaan besar," ujar Yuyun usai konferensi pers di Hotel Ibis Arcadia, Jakarta, Selasa (27/9/2016).
Menurut Yuyun, dilanggarnya komitmen yang dibuat perusahaan itu sendiri dapat berdampak pada turunnya penjualan minyak kelapa sawit mereka.
Sebab, banyak perusahaan pembeli yang sudah memiliki komitmen hanya menggunakan produk yang tidak berhubungan dengan deforestasi dan eksploitasi gambut.
"Ini akan menjadi lebih parah ketika mereka membuat komitmen dan mereka tidak bisa menepati. Perusahaan pembeli end product itu pada cabut semua," ujar Yuyun.
"Perusahaan pembeli besar juga sudah punya komitmen hanya akan menggunakan material yang tidak berhubungan dengan deforestasi dan eksploitasi gambut," kata dia.
Yuyun memberi contoh, salah satu perusahaan yang dituding Greenpeace Indonesia melakukan perusakan lingkungan dan pelanggaran HAM, selama setahun terakhir telah kehilangan 24 perusahaan yang merupakan pembeli mereka.
Contoh tersebut, kata Yuyun, seharusnya bisa menjadi peringatan bagi perusahaan-perusahaan kelapa sawit yang masih melakukan perusakan lingkungan dan pelanggaran HAM.
"24 perusahaan buyer mereka sudah pergi. Artinya membatalkan kontrak. Jadi itu seharusnya bisa memaksa perusahaan-perusahaan besar untuk ikut melakukan konservasi," ucap Yuyun.
Atas dasar itu, Yuyun pun menyatakan solusi dalam permasalahan ini terletak pada tindakan bersama industri kelapa sawit dalam meneguhkan komitmen.
"Perusahaan harus mulai bekerja sama dengan standar yang sama untuk mengidentifikasi dan tidak menyertakan pemain nakal yang terus menempatkan kehidupan manusia dan iklim pada risiko besar," kata Yuyun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.