JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi VIII DPR Maman Imanulhaq menilai posisi Indonesia saat ini masih lemah di mata Arab Saudi. Hal tersebut bisa dilihat dari kuota haji bagi Indonesia yang rendah dibanding negara-negara lainnya.
Indonesia pada tahun 2015 lalu hanya mendapatkan kuota haji sebesar 211.000 jemaah. Namun, karena pembangunan Masjidil Haram, kuota tersebut pada tahun ini dipotong lagi menjadi hanya 160.000 jemaah.
"Kita sangat lemah, beda dengan Iran, Turki, mereka sangat diperhatikan oleh pemerintah Arab Saudi," kata Maman di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (23/8/2016).
Padahal, lanjut Maman, Indonesia adalah negara dengan penyumbang jemaah haji yang paling banyak. Idealnya, Indonesia mendapat jatah 250.000 kuota haji per tahunnya.
(Baca: Kementerian Agama Tak Jamin Kuota Haji Bertambah pada 2017)
Dengan jumlah kuota yang terbatas, Maman menilai wajar apabila banyak orang Indonesia yang nekat menunaikan Ibadah Haji melalui jalur tak resmi.
Terakhir, 177 WNI ditahan karena berangkat haji menggunakan paspor Filipina.
"Jangan sampai ada orang karena menunggu kuota terjadi lah peristiwa penangkapan WNI seperti di Filipina kemarin," kata Politisi Partai Kebangkitan Bangsa ini.
Untuk meningkatkan daya tawar Indonesia di mata Arab Saudi, Maman menyarankan agar Kementerian Luar Negeri juga turun tangan membuka jalur diplomasi.
(Baca: Menlu: 177 Jemaah adalah Korban Kejahatan Terorganisir)
Ia pun meminta Kementerian Agama sebagai penyelenggara haji turut memberi ruang bagi Kemenlu untuk meningkatkan posisi Indonesia di mata Arab Saudi.
"Jadi jangan smpe Kemenag merasa leading sectornya lalu ada ego dia saja yang bisa melaksanakan itu. Buktinya lemah. Tidak ada kemampuan menaikkan diplomasi yang kuat dengan otoritas Arab Saudi untuk memberikan pelayanan perlindungan juga fasilitas yang membuat nyaman," ucap Maman.