Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Edukasi soal Toleransi Bisa Atasi Kasus Diskriminasi di Indonesia

Kompas.com - 18/08/2016, 21:48 WIB
Dimas Jarot Bayu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus diskriminasi yang terjadi di Indonesia dinilai dapat diatasi dengan memberikan informasi yang edukatif kepada masyarakat.

Menurut Ketua Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan Azriana, kasus-kasus diskriminatif yang terjadi di masyarakat dapat diminimalisir dengan edukasi dari tokoh-tokoh agama dengan nilai-nilai toleransi.

"Yang dibutuhkan edukasi untuk masyarakat. Tokoh-tokoh agama bisa diminta partisipasinya dalam menjelaskan soal toleransi. Jadi mengajarkan kita harus menghargai perbedaan, tidak bisa memaksakan orang lain," ujar Azriana di gedung Komnas Perempuan, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (18/8/2016).

Menurut Azriana, ada banyak ajaran di dalam agama yang menghargai orang berbeda agama. Ajaran-ajaran ini yang harusnya dihidupkan kepada masyarakat sehingga menjadi pengetahuan.

(Baca: Komnas Perempuan: Pemerintah Terbitkan 421 Kebijakan Diskriminatif sejak 2009)

"Masyarakat nantinya akan tumbuh kesadarannya. Jadi meskipun dia mayoritas di tempat itu, tapi dia tidak boleh melanggar hak yang minoritas," lanjut Azriana.

Selain itu, Azriana juga meminta pemerintah untuk tidak terlalu banyak membuat regulasi. Menurutnya, tidak semua hal bisa diatur dengan regulasi.

"Jangan semua hal mau diatur dengan regulasi, terutama hal-hal yang sebenarnya masyarakat bisa punya nilainya sendiri. Jadi tinggal dibangun konsensus di tingkatan masyarakat saja. Itu akan lebih mudah dikelola dan dinegosiasikan daripada diatur di dalam regulasi," ucap dia.

Sebelumnya diberitakan, pelanggaran terhadap hak-hak konstitusional masih kerap dilakukan di Indonesia. Hal ini bahkan dilakukan oleh pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah (Pemda) lewat kebijakan diskriminatif.

(Baca: Jawa Barat Jadi Daerah Paling Banyak Terbitkan Kebijakan Diskriminatif)

Berdasarkan data Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) per Agustus 2016, terdapat selama kurun 2009-2016, sebanyak 421 kebijakan yang diskriminatif diterbitkan.

Adapun 33 kebijakan diskriminatif diterbitkan di Indonesia dalam satu tahun terakhir. Sebanyak 33 kebijakan tersebut dianggap diskriminatif karena memiliki aturan kriminalisasi, mengandung moralitas dan agama, dan pengaturan terhadap kontrol tubuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com