Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua DPP Hanura: Penunjukan Wiranto Sebagai Menko Polhukam Bukan Akomodasi Politik

Kompas.com - 28/07/2016, 20:10 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Hanura Sarifuddin Sudding menyatakan penunjukan Wiranto sebagai Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) bukan akomodasi politik.

Sudding mengatakan hal tersebut mengingat banyak pihak menduga penunjukan Wiranto merupakan akomodasi politik Presiden Joko Widodo terhadap Hanura.

Sebabnya dua menteri Hanura yakni Yuddy Chrisnandi dan Saleh Husin dicopot dari jabatan menteri di Kabinet Kerja.

(Baca: Imparsial: Penuntasan Kasus HAM Masa Lalu Jadi Ujian Wiranto)

"Sama sekali bukan akomodasi politik, pastinya Pak Jokowi menunjuk Pak Wiranto sebagai Menko Polhukam karena kapasitas dan pengalaman Pak Wiranto," ujar Sudding di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (28/7/2016).

Sudding mengatakan Wiranto sudah membuktikan kapasitasnya sebagai Menko Polhukam di era Presiden Abdurrahman Wahid. Di era Orde Baru pun Wiranto juga dipercaya sebagai Panglima ABRI sekaligus Menteri Pertahanan dan Keamanan.

"Jadi kalau dilihat secara rekam jejak, keputusan Pak Jokowi menunjuk Pak Wiranto sebagai Menko Polhukam bukan untuk mengakomodasi kepentingan politik Hanura yang kehilangan dua menteri," papar Sudding.

Dia pun menambahkan perombakan atau reshuffle kabinet merupakan hal prerogatif Presiden Jokowi. Karena itu dia menyatakan Hanura sebagai partai pendukung Pemerintahan Jokowi-JK menghormati sepenuhnya keputusan Presiden.

(Baca: Istana: Soal Dugaan Pelanggaran HAM, Wiranto Sudah Klarifikasi ke Presiden)

"Pastinya Pak Jokowi memiliki alasan yang kuat mengapa menunjuk Pak Wiranto sebagai Menko Polhukam untuk memperkuat kinerja Kabinet Kerja," lanjut politisi Hanura itu. Sebelumnya politisi Partai Hanura Yuddy Chrisnandi menilai, tidak ada masalah terkait keputusan Presiden Joko Widodo mengurangi kursi menteri untuk Hanura.

Sebelum perombakan jilid II ini, Hanura memiliki dua menteri di Kabinet Kerja. Mereka adalah Menteri Perindustrian yang dijabat Saleh Husin dan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang dijabat Yuddy.

Setelah reshuffle, Jokowi hanya memberikan satu kursi kepada Hanura, yakni Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan yang dijabat Ketua Umum Hanura Wiranto. Menteri Perindustrian kini dijabat politisi Golkar Airlangga Hartarto dan Menteri PANRB dijabat politisi PAN Asman Abnur.

Kompas TV Presiden Umumkan Reshuffle Kabinet Kerja

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PDI-P Bakal Jemput Bola Kader untuk Maju di Pilkada Sumut

PDI-P Bakal Jemput Bola Kader untuk Maju di Pilkada Sumut

Nasional
Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen TNI AD, Dian Andriani Harap Kowad Lain Menyusul

Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen TNI AD, Dian Andriani Harap Kowad Lain Menyusul

Nasional
Jokowi Bakal Tinjau Lokasi Banjir Lahar di Sumbar Pekan Depan

Jokowi Bakal Tinjau Lokasi Banjir Lahar di Sumbar Pekan Depan

Nasional
Nurul Ghufron Tak Hadir karena Belum Tuntas Siapkan Pembelaan, Dewas KPK Tunda Sidang Etik

Nurul Ghufron Tak Hadir karena Belum Tuntas Siapkan Pembelaan, Dewas KPK Tunda Sidang Etik

Nasional
PDI-P Tuding Jokowi Cawe-cawe Pilkada dengan Bansos Beras, Ngabalin: Segera Lah Move on

PDI-P Tuding Jokowi Cawe-cawe Pilkada dengan Bansos Beras, Ngabalin: Segera Lah Move on

Nasional
Soal Revisi UU Kementerian Negara, Ngabalin: Mudah-mudahan Cepat, Itu Arah Haluan Prabowo-Gibran

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Ngabalin: Mudah-mudahan Cepat, Itu Arah Haluan Prabowo-Gibran

Nasional
Risma Relokasi 2 Posko Pengungsian Banjir Lahar Dingin di Sumbar yang Berada di Zona Merah

Risma Relokasi 2 Posko Pengungsian Banjir Lahar Dingin di Sumbar yang Berada di Zona Merah

Nasional
Ahok Masuk Bursa Bacagub Sumut, PDI-P: Prosesnya Masih Panjang

Ahok Masuk Bursa Bacagub Sumut, PDI-P: Prosesnya Masih Panjang

Nasional
Bantah PDI-P soal Jokowi Menyibukkan Diri, Ali Ngabalin: Jadwal Padat, Jangan Gitu Cara Ngomongnya...

Bantah PDI-P soal Jokowi Menyibukkan Diri, Ali Ngabalin: Jadwal Padat, Jangan Gitu Cara Ngomongnya...

Nasional
Pimpin Langsung ‘Tactical Floor Game’ WWF di Bali, Luhut: Pastikan Prajurit dan Komandan Lapangan Paham yang Dilakukan

Pimpin Langsung ‘Tactical Floor Game’ WWF di Bali, Luhut: Pastikan Prajurit dan Komandan Lapangan Paham yang Dilakukan

Nasional
Setara Institute: RUU Penyiaran Berpotensi Perburuk Kebebasan Berekspresi melalui Pemasungan Pers

Setara Institute: RUU Penyiaran Berpotensi Perburuk Kebebasan Berekspresi melalui Pemasungan Pers

Nasional
Masuk Daftar Cagub DKI dari PDI-P, Risma: Belum Tahu, Wong Masih di Kantong...

Masuk Daftar Cagub DKI dari PDI-P, Risma: Belum Tahu, Wong Masih di Kantong...

Nasional
KPK Geledah Lagi Rumah di Makassar Terkait TPPU SYL

KPK Geledah Lagi Rumah di Makassar Terkait TPPU SYL

Nasional
Puan Minta DPR dan IPU Fokus Sukseskan Pertemuan Parlemen pada Forum Air Dunia Ke-10

Puan Minta DPR dan IPU Fokus Sukseskan Pertemuan Parlemen pada Forum Air Dunia Ke-10

Nasional
Yusril: Serahkan kepada Presiden untuk Bentuk Kabinet Tanpa Dibatasi Jumlah Kementeriannya

Yusril: Serahkan kepada Presiden untuk Bentuk Kabinet Tanpa Dibatasi Jumlah Kementeriannya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com