Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bawono Kumoro
Associate Researcher Indikator Politik Indonesia

Lahir di Jakarta pada tanggal 1 Desember 1984. Selama tujuh tahun pernah bergiat sebagai kepala departemen politik dan pemerintahan di The Habibie Center.
Memperoleh gelar sarjana ilmu politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negeri Jakarta. Memperoleh master ilmu komunikasi politik di Paramadina Graduate School of Communication.
Selain menulis artikel di media massa dan jurnal ilmiah ia juga pernah terlibat dalam sejumlah penelitian: (1) World Bank-Bappenas Partnership Program: Polic Paper for the National Grand Strateg for Conflict Prevention and Peaceful Development; (2) Improving the Legislative Function of the House of Representatives: Recommendations for Reducing Backlogg of Legislation; (3) Desain Penataan Daerah: Pemekaran dan Penggabungan Daerah (Tim Kajian Penataan Daerah Dewan Pertimbangan Presiden) dan (4) Survei opini publik di sejumlah provinsi/kabupaten/kota

Pemerintah dan Partai Golkar Pasca Munaslub

Kompas.com - 14/06/2016, 13:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Partai Golkar telah usai menggelar musyawarah nasional luar biasa (munaslub). Selain memilih Setya Novanto sebagai ketua umum baru, dalam munaslub tersebut Partai Golkar juga mendeklarasikan dukungan terhadap pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Bahkan, di pidato politik pembukaan munaslub Aburizal Bakrie menegaskan dukungan tersebut secara langsung di hadapan Presiden Joko Widodo.

Perubahan haluan politik Partai Golkar dari partai oposisi menjadi partai pendukung pemerintah jelas mengguncang soliditas Koalisi Merah Putih.

Sebelum Partai Golkar, Partai Amanat Nasional telah lebih dulu mengubah haluan politik mereka sekaligus keluar dari Koalisi Merah Putih.

Sementara itu, bagi koalisi partai-partai pendukung pemerintah perubahan haluan politik Partai Golkar akan diterima dengan tangan terbuka.

Peta Politik Parlemen

Perubahan haluan politik Partai Golkar jelas berdampak pada perubahan peta politik di parlemen. Kekuatan koalisi pendukung pemerintah di parlemen jelas semakin besar.

Di koalisi partai-partai pendukung pemerintah saat ini terdapat enam partai politik berkekuatan 295 kursi di parlemen.

Enam partai itu adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (109 kursi), Partai Amanat Nasional (48 kursi), Partai Kebangkitan Bangsa (47 kursi), Partai Persatuan Pembagunan (39 kursi), Partai Nasdem (36 kursi), dan Partai Hanura (16 kursi).

Dengan keikutsertaan Partai Golkar, maka jumlah kursi koalisi partai-partai pendukung pemerintah di parlemen menjadi 386 kursi.

Praktis kini di kubu oposisi tinggal Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera saja. Kekuatan dua partai tersebut di parlemen berjumlah 113 kursi, jauh di bawah jumlah kursi partai-partai pendukung pemerintah.

Bahkan, kalau pun mampu membujuk Partai Demokrat masuk menjadi anggota tetap Koalisi Merah Putih, jumlah kursi kubu oposisi baru mencapai 174 kursi.

Keikutsertaan Partai Golkar dalam koalisi partai-partai pendukung pemerintah semakin bernilai signifikan di mata pemerintah mengingat posisi ketua DPR dan ketua Badan Anggaran dijabat kader-kader Partai Golkar.

Presiden Joko Widodo boleh bermimpi indah, selama tiga tahun ke depan kebijakan-kebijakan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diajukan pemerintah akan lebih mudah diloloskan. 

Pengalaman

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com