Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanggapi Kivlan Zen, Nasdem Bantah Yayasan Sukma Tiba-tiba Jemput 10 WNI

Kompas.com - 04/05/2016, 12:58 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Dewan Pakar Partai Nasdem Taufiqulhadi membantah bahwa Yayasan Sukma hanya menjemput 10 warga negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok Abu Sayyaf.

Dia memastikan bahwa Yayasan Sukma yang berafiliasi dengan Nasdem itu ikut terlibat dalam proses pembebasan 10 WNI anak buah kapal Brahma 12.

"Itu menurut saya naif sekali kalau dikatakan hanya menjemput sandera. Tidak mungkin," kata Taufiqulhadi saat dihubungi, Selasa (3/5/2016).

Hal tersebut disampaikan Taufiq menanggapi pernyataan Mayor Jenderal (Purn) Kivlan Zen, salah satu anggota tim negosiator pembebasan 10 WNI.

Menurut Kivlan, Yayasan Sukma tak ikut berpartisipasi dalam upaya pembebasan yang dilakukan pihaknya dan tiba-tiba menjemput sandera.

(Baca: Kivlan Zen: Yayasan Sukma Tiba-tiba Jemput 10 ABK, Tak Ikut Operasi Pembebasan)

"Memang yang punya pesawat di Indonesia hanya tim ini? Kenapa tiba-tiba yang hadir tim ini? Karena sudah dari awal. Jadi itu tidak benar," kata Taufiq.

Taufiq menilai Kivlan tidak mendapatkan informasi yang benar karena memang operasi yang dilakukan tim Yayasan Sukma dan tim Kivlan berbeda. Kivlan berupaya membebaskan sandera dengan berkomunikasi dengan pemimpin Moro National Liberation Front (MNLF), Nur Misuari.

"Dia selalu mengandalkan Misuari. Setelah dia berbicara dengan Misuari, dia menganggap sudah selesai persoalannya. Dia tidak tahu kemudian prosesnya apa lagi yang terjadi di sana," ucap Taufiq.

Menurut dia, selain upaya yang dilakukan tim Kivlan Zein itu, tim dari Yayasan Sukma juga sudah melakukan upaya lain. Misalnya, dengan melakukan dialog langsung dengan pihak tokoh masyarakat, LSM, serta lembaga kemanusiaan daerah Sulu yang memiliki akses langsung ke pihak Abu Sayyaf.

(Baca: Luhut Sebut Pembebasan 10 Sandera WNI berkat Operasi Intelijen dan Diplomasi)

Akhirnya, pasukan Abu Sayyaf pun sepakat untuk menyerahkan sandera tanpa uang tebusan.

"Sepenuhnya di lapangan itu dilakukan oleh tim ini. Penyerahannya dilakukan di sebuah pantai,, namanya Pantai Parang. Begitu mereka turun dari kapal, menyerahkan sandera, tiga menit mereka langsung naik kapal lagi," ucap anggota Komisi III DPR ini.

Inisiatif untuk membentuk tim negosiasi ini, lanjut Taufiq, sudah muncul sejak 3 April lalu saat rapat koordinasi Partai Nasdem.

Yayasan Sukma memimpin operasi di bawah Ahmad Baidowi dan Samsul Rizall Panggabean, dibantu kelompok Media Group, serta Partai NasDem di bawah Ketua Fraksi Partai NasDem di DPR Victor B Laiskodat dan anggota DPR Fraksi Partai NasDem Mayjen (Purn) Supiadin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com