Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Janji-janji Jelang Munas Golkar: Dari Uang Rp 10 M hingga Hadiah Mobil

Kompas.com - 12/04/2016, 11:51 WIB
Nina Susilo

Penulis

KOMPAS.com — Menjelang Musyawarah Nasional Partai Golkar, umbar janji-janji para kandidat ketua kepada calon pemilihnya pun mulai terasa. Dewan Pengurus Daerah Partai Golkar pun mulai mengidentifikasi sosok ketua yang memberikan janji kontribusi secara konkret.

Di Banda Aceh, Minggu (10/4/2016) malam, digelar dialog seusai pemaparan visi misi bakal calon ketua umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto.

Maka, perwakilan pimpinan daerah Partai Golkar pun memanfaatkan momentum itu untuk mengorek janji dan kontribusi sang bakal calon ketua. Mereka mempertanyakan kontribusi Airlangga Hartarto secara konkret ke daerah.

Dalam sesi tanya jawab, fungsionaris dari DPD Kabupaten Nagan Raya Zulkarnain mengatakan, ada kandidat yang berjanji akan memberikan Rp 10 miliar kepada setiap DPD tingkat kabupaten/kota bila terpilih menjadi Ketua Umum Partai Golkar.

Zul pun mempertanyakan kontribusi yang dijanjikan untuk pengurus DPD sekaligus untuk membesarkan Partai Golkar.

Sebelumnya, bakal calon ketua umum yang disebut-sebut akan maju dalam Munas, seperti Ade Komaruddin, Aziz Syamsuddin, Idrus Marham, dan Setya Novanto, sudah menyosialisasikan diri dengan fungsionaris DPD di Provinsi Aceh. Tawaran sebuah mobil per kabupaten/kota serta logistik lain pun, menurut fungsionaris DPD Provinsi Aceh lainnya, sudah bermunculan.

Menjawab berbagai pertanyaan dan “pancingan” itu, tanpa menyebutkan angka, Airlangga menjanjikan logistik untuk daerah.

Menurut dia, sejak zaman kepemimpinan Jusuf Kalla, dia sudah membantu penyiapan logistik ke daerah setiap bulan sampai ada perubahan prioritas. Namun, logistik pusat ke daerah diakui tersendat tiga-empat tahun terakhir ini.

"Pusat insya Allah berkontribusi untuk menambah semangat. Tapi kemenangan pemilu itu kunci pertamanya adalah militansi, organisasi yang kuat, dan terakhir baru logistik," tutur Airlangga.

Dia juga mencontohkan militansi yang ditunjukkan fungsionaris di Nusa Tenggara Barat yang maju dalam pilkada tanpa dukungan Partai Golkar, tetapi setelah menang tetap menjadi pengurus.

Di sisi lain, Airlangga menjanjikan DPP Partai Golkar semestinya mengikuti pendapat DPD-DPD dalam menentukan calon-calon kepala daerah.

Dengan desentralisasi kewenangan untuk menentukan calon kepala daerah, selain menghapus penerapan mahar, juga mendorong kader Partai Golkar untuk maju dalam kontestasi pilkada.

Mengutamakan kader partai sendiri diyakini memberi manfaat lebih pada Partai Golkar ketimbang sekadar mendukung calon populer.

Airlangga juga mendorong kader Partai Golkar untuk menyerap aspirasi dan menuangkannya dalam kebijakan publik. Untuk wilayah seperti Aceh, misalnya, kader yang menjadi bakal calon gubernur semestinya mendorong perekonomian wilayah berbasis sumber daya alam yang ada di tempatnya.

Politik transaksional

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com