Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Djan Faridz Minta Presiden Jokowi Tak Hadiri Muktamar Islah PPP

Kompas.com - 03/04/2016, 15:14 WIB
Abba Gabrillin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) hasil Muktamar Jakarta, Djan Faridz, meminta agar Presiden Joko Widodo tidak menghadiri pelaksanaan Muktamar Islah yang akan digelar pada 8-10 April 2016 mendatang.

Djan menilai, Muktamar Islah tersebut sebagai kegiatan yang melanggar hukum.

"Bayangkan seorang menteri mengajak kawan-kawannya dan meminta Presiden hadir dalam Muktamar yang bertentangan dengan putusan Mahkamah Agung," ujar Djan dalam konferensi pers di kantor DPP PPP, Jakarta, Minggu (3/4/2016).

Sejumlah fungsionaris PPP menemui Presiden Joko Widodo di Istana, Jakarta, Jumat (1/4/2016) pagi. Pelaksana tugas Ketua Umum PPP hasil Muktamar Bandung, Emron Pangkapi, mengatakan, ada beberapa hal yang ingin disampaikan kepada Presiden, salah satunya melaporkan penyelenggaraan Muktamar PPP.

Menurut Djan, pengurus PPP hasil Muktamar Bandung yang menjadi panitia Muktamar Islah tersebut tidak memiliki dasar hukum yang sah. Sebab, kepengurusan Muktamar Bandung telah habis masa berlakunya, atau demisioner.

Djan Faridz mengatakan, keputusan Menteri Hukum dan HAM untuk menghidupkan kembali Surat Keputusan (SK) Muktamar Bandung tidak sesuai dengan hukum yang berlaku. Pasalnya, putusan Mahkamah Agung telah lebih dulu melegalkan Muktamar Jakarta.

Menurut Djan, pihaknya akan segera mengirimkan surat kepada Presiden, Sekretaris Kabinet dan Menteri Sekretaris Negara, untuk meminta agar Presiden tidak hadir dalam Muktamar Islah tersebut.

"Saya akan buat laporan resmi agar undangan itu dikaji ulang, jangan sampai beliau (Jokowi) hadir. Kita minta pengurus PPP seluruh Indonesia untuk mengabaikan undangan dari mereka," kata Djan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

Nasional
Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com