Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Fraksi PKS Dukung Dikembalikannya Haluan Negara

Kompas.com - 03/03/2016, 21:55 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera di DPR, Jazuli Juwaini, mendukung dikembalikannya Garis Besar Haluan Negara.

Dia meyakini sistem GBHN sudah sesuai dengan semangat konstitusi dan akan membuat pembangunan di Indonesia tidak tergantung pada pemerintahan yang berkuasa.

"Secara substansi, Fraksi PKS setuju bahwa Bangsa Indonesia perlu haluan negara,” kata Jazuli saat membuka acara diskusi "Relevankah GBHN Pasca Reformasi" di ruang Fraksi PKS DPR RI, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (3/3/2016).

Menurut Jazuli, setelah GBHN dihilangkan pasca-reformasi, pembangunan di Indonesia menjadi tidak berkesinambungan.

Sebab, setiap pemimpin baik di pusat dan daerah mempunyai visi misi pembangunannya sendiri.

"Pembangunan bukan terkesan hanya representasi dari visi dan misi pemerintah dan hanya dinikmati sebagian kalangan," kata dia.

Jazuli mengatakan, setidaknya ada tiga indikator yang menunjukkan pembangunan ekonomi Indonesia pasca-reformasi hanya dinikmati sebagian kalangan.

Pertama, angka pertumbuhan ekonomi relatif tinggi di atas 5 persen, tapi angka kemiskinan tidak berkurang signifikan.

Padahal anggaran kemiskinan sejak 2010 hingga 2013 selalu naik angkanya, mulai dari Rp 55,8 triliun, Rp 74,3 triliun, Rp 93,5 triliun, hingga Rp 119 triliun.

"Ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi tidak sejalan dengan pemerataan ekonomi," ucap anggota Komisi III DPR ini.

Kedua, lanjut dia, data ketimpangan antara yang kaya dengan yang miskin semakin memburuk.  Hal itu tercermin dari koefisien Gini di perkotaan dan pedesaan, masing-masing mencapai 0,43 dan 0,32.

"Ini menandakan yang kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin sengsara", kata dia.

Ketiga, pembangunan yang masih terpusat di pulau Jawa, baik di sektor industri, keuangan, maupun infrastruktur.

Hal ini lah yang menyebabkan urbanisasi sangat kencang dan pada gilirannya menyebabkan Pulau Jawa kelebihan penduduk.

Wacana untuk mengembalikan haluan negara pertama kali datang dari PDI-P. Partai berlambang banteng itu ingin mengembalikan sistem pembangunan nasional semesta berencana yang sempat diterapkan pada era Soekarno.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com