Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yenny Wahid Minta MUI Keluarkan Fatwa Larang Kekerasan terhadap Gafatar

Kompas.com - 24/01/2016, 18:06 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur The Wahid Institute Yenny Wahid meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) tidak hanya mengeluarkan fatwa sesat dan menyimpang untuk organisasi masyarakat bernama Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

Sebab, dia berpendapat, persepsi masyarakat pada umumnya sering terdistorsi atas fatwa itu. Jika suatu kelompok dicap menyimpang dan sesat, seolah-olah laik untuk diperlakukan secara tidak manusiawi.

"Oleh sebab itu, MUI harus menyeimbangkannya dengan mengeluarkan fatwa tentang mewajibkan masyarakat memperlakukan mereka (pengikut Gafatar) dengan baik," ujar Yenny di Griya Gus Dur, Menteng, Jakarta, Minggu (24/1/2016).

(Baca: Dilema Eks Gafatar, Ditolak Anak Kandung, Dipaksa Pindah dari Kalimantan)

Yenny prihatin atas apa yang terjadi di Kalimantan Barat, beberapa waktu lalu. Aset milik pengikut Gafatar dihancurkan hanya karena alasan keyakinan yang berbeda dari keyakinan mayoritas. Apalagi, anak-anak yang tidak mengetahui apa-apa juga turut menjadi korban.

Yenny sekaligus menyayangkan penyebaran informasi oleh media massa yang seolah-olah memberitakan bahwa keberadaan Gafatar menjadi ancaman untuk keyakinan mayoritas.

"Terkesan, seolah-olah ajaran sesat mereka itu menakut-nakuti masyarakat. Mereka diisukan akan menyebarkan ajarannya. Padahal, hal-hal semacam itu bisa diselesaikan dengan dialog, komunikasi," ujar Yenny.

(Baca: Franz Magnis: Negara Memperlakukan Gafatar dengan Buruk)

Puteri kedua Presiden RI ketiga Abdurrahman Wahid melanjutkan, jika dalam komunikasi dan dialog mereka bersikukuh tetap dengan keyakinannya, mereka juga laik diberi ruang di massyarakat. Menurut Yenny, mereka juga bukan kategori kelompok teroris.

"Ya kami mengimbau sajalah agar masyarakat tidak memperlakukan mereka dengan cara kekerasan. Hormati hak mereka sebagai warga negara untuk tersesat kalau memang mau dibilang mereka sesat," ujar dia.

Kompas TV Menko Polhukam Pastikan Pemulangan Eks Gafatar Aman

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com