Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Minta Bantuan AS, Kanada, dan Perancis Atasi Asap

Kompas.com - 23/10/2015, 14:14 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah sejumlah negara menarik bantuannya dalam pemadaman kabut asap, Pemerintah Indonesia kini mulai mendekati tiga negara untuk bisa meminjam armada pesawat dari Amerika Serikat, Kanada, Perancis.

Pesawat udara yang dibutuhkan dari negara-negara itu akan dimanfaatkan untuk upaya water bombing.

"Kami sedang approach Kanada, Amerika, dan juga Perancis. Jenisnya yang sekarang kita fokus BE 200, pelican, air tractor. Yang bombardier saya kira dari Kanada, karena mereka sangat maju," ujar Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (23/10/2015).

Dia mengungkapkan, saat ini sudah ada sembilan armada pesawat udara yang sudah beroperasi. (baca: Luhut: Api Tak Mungkin Bisa Dipadamkan Tiga Minggu ke Depan)

Dengan tambahan minimal lima unit pesawat BE200, sebut Luhut, akan sangat membantu upaya pemadaman api.

Saat ini, dua pesawat bantuan dari pemerintah Rusia mulai beroperasi di Palembang, Sumatera Selatan. (baca: Enam Kapal Perang Disiapkan untuk Evakuasi Masyarakat di Daerah Asap)

Pesawat berjenis Beriev BE200 yang diturunkan Rusia adalah pesawat amfibi yang bergabung dengan satuan tugas udara bersama dua pesawat jenis air tractor 80.

Pesawat BE-200 ini bisa melakukan water bombing apabila material air dicampur dengan bahan kimi baik jenis AF31 atau pun Miracle Foam. (baca: Jokowi: Harus Keras soal Izin Gambut!)

Pesawat berbobot kosong 27.000 kilogram itu memiliki tangki khusus di dalam pesawat untuk pencampuran air. Kapasitas tangki itu mencapai 12.000 liter air.

Kedua pesawat Rusia itu menggantikan tugas pesawat Hercules C130 milik New South Wales Fire Service (Australia) dan Bombardier CL415 milik Malaysia Coast Guard yang ditarik kembali.

Hingga Kamis (22/10/2015), kondisi titik panas di sejumlah provinsi yang terkena dampak kebakaran hutan kian parah. (baca: Demokrat: Pemerintah Kurang Tanggap dan Terlambat Tangani Kabut Asap)

Provinsi-provinsi itu adalah Papua 744 hotspot, lalu Sumatera Selatan 703, Kalimantan Tengah 462, Kalimantan Barat 290, dan Kalimantan Timur 153.

Penderita ISPA pun kian bertambah. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sejak Juli hingga kini, tercatat penderita ISPA mencapai 450.431 jiwa. Di Riau (65.232), Jambi (90.747), Sumsel (101.332), Kalbar (43.477), Kalteng (52.213), dan Kalsel (97.430).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com