Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PPATK: Jika Ada Calon Kepala Daerah Dilaporkan ke Kami, Sudah Pasti Dia Akan Korupsi

Kompas.com - 17/10/2015, 19:24 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Agus Santoso mengingatkan Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu untuk memperketat seleksi kepala daerah yang mencalonkan diri dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak 2015. Agus juga memastikan agar penyelenggara pemilu memperhatikan masukan dari berbagai instansi terkait, termasuk PPATK soal transaksi mencurigakan.

"Karena kalau kader kepala daerah sudah pernah terlapor ke PPATK, melakukan transaksi mencurigakan, maka ketika menjabat most likely atau 99 persen dia akan menjadi koruptor dan memindahkan perilaku korupsi kepada birokrasi di bawahannya," ujar Agus di Jakarta, Sabtu (17/10/2015).

Data tersebut didapat PPATK melalui riset yang dilakukan pada tahun lalu. Selain itu, ada pula riset tentang rekening dana kampanye yang dibuat calon kepala daerah selama proses Pilkada. Hasilnya, mayoritas dari mereka sama sekali tidak memakai rekening tersebut sehingga tidak terlacak transaksi keuangannya untuk kampanye.

"Hanya dipakai sebagai persyaratan normatif saja. Ternyata sumbangan itu 93 persen berupa sumbangan barang dan jasa. Akhirnya banyak mark up dan mark down," kata Agus.

Berdasarkan temuan PPATK, sebanyak 60 persen kepala daerah terjerat kasus korupsi. Oleh karena itu, PPATK memberi perhatian khusus agar Pilkada serentak tidak melahirkan kepala daerah serupa yang sama kotornya.

Agus mengatakan, dalam rapat koordinasi bersama KPU, Bawaslu, Komisi Pemberantasan Korupsi, dan sejumlah kementerian dan instansi terkait beberapa waktu lalu, disampaikan hasil penemuan masing-masing. Dari forum tersebut, KPU dan Bawaslu semestinya mempertimbangkan masukan dan rekomendasi dari lembaga terkait.

"Kami minta Bawaslu mengawasi karena kalau barang dan jasa kan PPATK agak kesulitan mengawasinya kan," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gambarkan Kondisi Terkini Gaza, Dubes Palestina: Hancur Lebur karena Israel

Gambarkan Kondisi Terkini Gaza, Dubes Palestina: Hancur Lebur karena Israel

Nasional
Ada Isu Kemensos Digabung KemenPPPA, Khofifah Menolak: Urusan Perempuan-Anak Tidak Sederhana

Ada Isu Kemensos Digabung KemenPPPA, Khofifah Menolak: Urusan Perempuan-Anak Tidak Sederhana

Nasional
DPR Disebut Dapat KIP Kuliah, Anggota Komisi X: Itu Hanya Metode Distribusi

DPR Disebut Dapat KIP Kuliah, Anggota Komisi X: Itu Hanya Metode Distribusi

Nasional
Komisi II DPR Sebut Penambahan Kementerian Perlu Revisi UU Kementerian Negara

Komisi II DPR Sebut Penambahan Kementerian Perlu Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Pengamat Dorong Skema Audit BPK Dievaluasi, Cegah Jual Beli Status WTP

Pengamat Dorong Skema Audit BPK Dievaluasi, Cegah Jual Beli Status WTP

Nasional
Maju Nonpartai, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Wali Kota dan Bupati Independen?

Maju Nonpartai, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Wali Kota dan Bupati Independen?

Nasional
Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Minim Pengawasan

Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Minim Pengawasan

Nasional
DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu hingga Mei

DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu hingga Mei

Nasional
DKPP Keluhkan Anggaran Minim, Aduan Melonjak Jelang Pilkada 2024

DKPP Keluhkan Anggaran Minim, Aduan Melonjak Jelang Pilkada 2024

Nasional
Jawab Prabowo, Politikus PDI-P: Siapa yang Klaim Bung Karno Milik Satu Partai?

Jawab Prabowo, Politikus PDI-P: Siapa yang Klaim Bung Karno Milik Satu Partai?

Nasional
Pengamat Sarankan Syarat Pencalonan Gubernur Independen Dipermudah

Pengamat Sarankan Syarat Pencalonan Gubernur Independen Dipermudah

Nasional
Komnas Haji Minta Masyarakat Tak Mudah Tergiur Tawaran Haji Instan

Komnas Haji Minta Masyarakat Tak Mudah Tergiur Tawaran Haji Instan

Nasional
Libur Panjang, Korlantas Catat Peningkatan Arus Lalu Lintas

Libur Panjang, Korlantas Catat Peningkatan Arus Lalu Lintas

Nasional
DKPP Terima 233 Pengaduan Pemilu dalam 4 Bulan Terakhir

DKPP Terima 233 Pengaduan Pemilu dalam 4 Bulan Terakhir

Nasional
Prabowo: Beri Kami Waktu 4 Tahun untuk Buktikan ke Rakyat yang Tak Pilih Kita

Prabowo: Beri Kami Waktu 4 Tahun untuk Buktikan ke Rakyat yang Tak Pilih Kita

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com