Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politisi PDI-P: Indonesia Bukan Timur Tengah

Kompas.com - 14/10/2015, 19:22 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Fraksi PDI Perjuangan Said Abdullah menegaskan bangsa Indonesia tidak boleh dikapling-kapling hanya karena perbedaan keyakinan. Pasalnya, semua agama mempunyai hak yang sama dan setara sehingga wajib hukumnya bagi semua anak bangsa untuk saling melindungi. 

Karena itu Said menyerukan agar benih-benih sektarian harus segera dipadamkan dan dikubur dalam-dalam  serta tak boleh hidup di bumi pertiwi ini.

"Merawat Indonesia, sesungguhnya ditandai dari sikap dan perilaku positif yang cerdas dari seluruh elemen bangsa terhadap keragaman agama kita. Kekuatan kita adalah kekuatan yang dijalin dari perbedaan suku, agama dan daerah. Dan Indonesia bukan Timur Tengah," kata Said  terkait bentrok dan pembakaran gereja di Kabupaten Aceh Singkil, Aceh, Rabu (14/10/2015).

Said menekankan, setiap agama melarang mengganggu tempat peribadatan pemeluk agama lain. Agama sejatinya mengantarkan umatnya pada sikap toleran dan eksistensi damai. Karena itu, semua pemeluk agama wajib hukumnya  menjaga agar agama tidak dijadikan sumber konflik. 

"Agama menuntun kita pada pencerahan. Negeri ini tidak boleh dikapling-kapling karena perbedaan keyakinan," tegasnya.

Apalagi, lanjut dia, konstitusi sudah memberi peluang luas bagi warganya untuk berekspresi sesuai keyakinannya. Para pendiri Republik sadar bangsa di Nusantara ini amat beragam. Kebinekaan bukan barang baru dan telah ada sejak negara ini belum lahir. Kebinekaan di Nusantara adalah fakta, bukan masalah. Namun  sungguh ironis apabila ekspresi keyakinan itu justru ingin menyingkirkan perbedaan atau keihinekaan yang sudah lama ada.

"Kita beruntung, dan bersyukur, bahwa para pendiri republik ini, terutama Bung Karno, telah menyumbangkan sebuah fondasi kebangsaan, yakni Pancasila," ujarnya.

Fondasi itu, imbuhnya, memberikan pijakan kuat bagi bangsa ini yang berbeda-beda latar belakang untuk hidup bersama sebagai suatu bangsa. Fondasi itu adalah penopang eksistensi bangsa.

"Jika kita berbicara Indonesia, kita tidak mungkin melepaskan apa yang disebut kebhinekaan suku, agama dan ras (SARA), sebab ia adalah Ibu Kandung Republik Indonesia," jelasnya.

SARA semestinya bisa dijadikan kekuatan yang mempersatukan republik ini, sebab Indonesia terdiri dari gagasan-gagasan yang menitikberatkan pada SARA, tanpa kecuali.

"Ikatan emosional Indonesia adalah SARA sebagai basisnya," urai politisi senior asal Sumenep, Madura ini.

Lebih lanjut, Said meminta aparat penegak hukum agar mengusut tuntas dalang ataupun auktor intelektual di balik peristiwa pembakaran rumah ibadah ini. 

Untuk itu, siapa pun yang salah harus diberi sanksi sesuai aturan yang ada tanpa pandang bulu. Penegakan hukum sangat penting karena tindakan pembakaran gereja ini menyebabkan  kebinekaan terkoyak di serambi mekah.

"Hukum harus ditegakkan selurus-lurusnya dan sehormat-hormatnya terhadap pelaku," tegas Wakil Ketua Banggar DPR ini.

Said berharap agar pelaku pembakaran rumah ibadah ini harus dihukum seberat beratnya dan tidak boleh ada pertimbangan apapun di luar hukum. 

"Bung Karno secara tegas mengatakan republik ini tidak didesain untuk melindungi minoritas. Tidak juga untuk memproteksi mayoritas. Tetapi, republik ini dirancang untuk melindungi setiap warga negara, siapapun dia," tutup Said.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PELNI Buka Lowongan Kerja Nahkoda dan KKM Periode Mei 2024

PELNI Buka Lowongan Kerja Nahkoda dan KKM Periode Mei 2024

Nasional
Ungkit Kasus Firli dan Lili, ICW Ingatkan Jokowi Tak Salah Pilih Pansel Capim KPK

Ungkit Kasus Firli dan Lili, ICW Ingatkan Jokowi Tak Salah Pilih Pansel Capim KPK

Nasional
Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Nasional
SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

Nasional
DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

Nasional
Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Nasional
DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

Nasional
KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait 'Food Estate' Ke Kementan

KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait "Food Estate" Ke Kementan

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Sewa 'Private Jet' SYL Rp 1 Miliar

Pejabat Kementan Tanggung Sewa "Private Jet" SYL Rp 1 Miliar

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Nasional
Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Nasional
MK Jadwalkan Putusan 'Dismissal' Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

MK Jadwalkan Putusan "Dismissal" Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

Nasional
Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Nasional
Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Nasional
[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com