Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banten Paling Rawan Kekerasan Saat Pilkada, Sulteng Rawan Politik Uang

Kompas.com - 01/09/2015, 16:24 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Jelang pelaksanaan Pilkada Serentak pada Desember mendatang, Badan Pengawas Pemilu merilis data Indeks Kerawanan Pemilu 2015. Ada lima aspek yang menjadi variabel dan indikator yang menjadi bahan penilaian Bawaslu untuk menentukan kerawanan masing-masing wilayah.

Kepala Bagian Analisis dan Teknis Pengawasan Badan Pengawas Pemilihan Umum, Faisal Rahman menjelaskan, ada lima aspek yang menjadi penilaian Bawaslu dalam menyusun IKP 2015 yang dirilis hari ini, Selasa (1/9/2015). Lima aspek itu adalah profesionalitas penyelenggara, politik uang, akses pengawasan, partisipasi masyarakat, dan keamanan daerah.

Secara umum, kawasan Indonesia timur menjadi wilayah dengan potensi penyelenggaraan pilkada serentak cukup rawan. Faisal menambahkan, kelima aspek itu kemudian dijadikan bahan dalam menentukan penilaian. Bawaslu kemudian membuat kisaran penilaian adalah, sangat aman (0-1), aman (1-2), cukup rawan (2,1-3), rawan (3,1-4) dan sangat rawan (4,1-5).

Meski Indonesia timur menjadi kawasan yang cukup rawan kekerasan, namun jika dirinci secara keseluruhan potensi kerawanan kekerasan itu cukup merata. Faisal mengatakan, untuk aspek keamanan daerah, Banten menjadi provinsi dengan tingkat kerawanan tertinggi dengan poin 3,5. Posisi berikutnya ditempati Papua (2,9), Jawa Barat (2,8), Kalimantan Utara (2,5), NTT (2,4) dan Sumatera Utara (2,4).

"Keamanan daerah tak bisa dianggap remeh. Tanpa jaminan keamanan yang baik, dimungkinkan terjadinya ancaman atas pelaksanaan pemilu yang baik," ujar Faisal, dalam diskusi bertajuk Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) 2015 di Jakarta, Selasa (1/9/2015).

Sementara itu, wilayah dengan tingkat politik uang tertinggi ditempati Sulawesi Tengah dengan nilai 3,5. Posisi berikutnya ditempati Jawa Barat (3,3), Banten (3,0), Kalimantan Utara (3,0) dan NTB (3,0). Dari aspek partisipasi masyarakat, Provinsi Kepulauan Riau memperoleh poin tertinggi dengan 4,1 poin. Disusul posisi berikutnya NTB (3,9), Riau (3,8), Sulawesi Selatan (3,7), dan Yogyakarta (3,7).

Lebih lanjut, Faisal mengatakan, Provinsi Maluku memperoleh poin 3,3 dari aspek profesionalitas penyelenggara. Posisi selanjutnya ditempati NTT (3,0), Sulawesi Utara (3,0), Sulawesi Barat (2,9), Sulawesi Tenggara (2,8) dan Jawa Barat (2,8).

"Dari akses pengawasan, Kalimantan Utara dan Papua memperoleh nilai tertinggi yaitu 3,0. Akses pengawasan menjadi salah satu aspek yang penting. Selama ini pengawasan di daerah mengalami kendala akibat persoalan geografis dan fasilitas penunjang lainnya," ujarnya.

Ajang pembuktian

Pilkada serentak merupakan ajang bagi KPU Daerah untuk membuktikan bahwa mereka dapat menyelenggarakan pesta demokrasi itu dengan baik. Karena itu, KPU Daerah dinilai perlu meningkatkan koordinasi dengan aparat keamanan untuk memetakan setiap potensi kerawanan yang ada.

"Pilkada merupakan momentum peralihan kekuasaan secara damai. Sudah menjadi tanggung jawab kita untuk tak hanya menyelenggarakan pemilu secara jujur, adil dan bersih, tapi juga damai," kata pengamat politik dari LIPI Syamsudin Haris.

Syamsuddin menambahkan, baik KPU maupun Bawaslu perlu mendifinisikan secara detail setiap potensi kerawanan yang mungkin terjadi. Untuk KPU, kata dia, misalnya, wilayah yang penyelenggaraan pilkadanya diikuti oleh petahana.

"Ini yang harus diperhitungkan, apakah petahana yang kinerjanya kurang bagus sehingga dia berupaya keras agar menang lagi. Atau petahana yang kinerjanya bagus dan menjadikannya sebagai bahan kampanye," ujarnya.

Ia juga mengatakan, persoalan kehidupan sosial masyarakat juga dapat menjadi salah satu fokus perhatian Bawaslu. Menurut dia, banyak kasus pelanggaran pemilu terjadi di wilayah yang tingkat kesejahteraan masyarakatnya kurang.

"Pilkada tak akan memberikan nilai tambah jika menghasilkan gejolak, ketidakstabilan politik dan rasa saling curiga," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

GASPOL! Hari Ini: Eks Ajudan Prabowo Siap Tempur di Jawa Tengah

GASPOL! Hari Ini: Eks Ajudan Prabowo Siap Tempur di Jawa Tengah

Nasional
Mengintip Kecanggihan Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 yang Bersandar di Jakarta

Mengintip Kecanggihan Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 yang Bersandar di Jakarta

Nasional
Selain Rakernas, PDI-P Buka Kemungkinan Tetapkan Sikap Politik terhadap Pemerintah Saat Kongres Partai

Selain Rakernas, PDI-P Buka Kemungkinan Tetapkan Sikap Politik terhadap Pemerintah Saat Kongres Partai

Nasional
Korban Dugaan Asusila Sempat Konfrontasi Ketua KPU saat Sidang DKPP

Korban Dugaan Asusila Sempat Konfrontasi Ketua KPU saat Sidang DKPP

Nasional
Covid-19 di Singapura Naik, Imunitas Warga RI Diyakini Kuat

Covid-19 di Singapura Naik, Imunitas Warga RI Diyakini Kuat

Nasional
WWF 2024 Jadi Komitmen dan Aksi Nyata Pertamina Kelola Keberlangsungan Air

WWF 2024 Jadi Komitmen dan Aksi Nyata Pertamina Kelola Keberlangsungan Air

Nasional
Menhub Targetkan Bandara VVIP IKN Beroperasi 1 Agustus 2024

Menhub Targetkan Bandara VVIP IKN Beroperasi 1 Agustus 2024

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Sempat Ditangani Psikolog saat Sidang

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Sempat Ditangani Psikolog saat Sidang

Nasional
Polri: Kepolisian Thailand Akan Proses TPPU Istri Fredy Pratama

Polri: Kepolisian Thailand Akan Proses TPPU Istri Fredy Pratama

Nasional
Polri dan Kepolisian Thailand Sepakat Buru Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri dan Kepolisian Thailand Sepakat Buru Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Lewat Ajudannya, SYL Minta Anak Buahnya di Kementan Sediakan Mobil Negara Dipakai Cucunya

Lewat Ajudannya, SYL Minta Anak Buahnya di Kementan Sediakan Mobil Negara Dipakai Cucunya

Nasional
KPK Duga Eks Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin Terima Fasilitas di Rutan Usai Bayar Pungli

KPK Duga Eks Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin Terima Fasilitas di Rutan Usai Bayar Pungli

Nasional
Desta Batal Hadir Sidang Perdana Dugaan Asusila Ketua KPU

Desta Batal Hadir Sidang Perdana Dugaan Asusila Ketua KPU

Nasional
Soal Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Kemenkes Sebut Skrining Ketat Tak Dilakukan Sementara Ini

Soal Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Kemenkes Sebut Skrining Ketat Tak Dilakukan Sementara Ini

Nasional
DKPP Akan Panggil Sekjen KPU soal Hasyim Asy'ari Pakai Fasilitas Jabatan untuk Goda PPLN

DKPP Akan Panggil Sekjen KPU soal Hasyim Asy'ari Pakai Fasilitas Jabatan untuk Goda PPLN

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com