Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompolnas: Sudah Kuno kalau Polisi Masih Menyiksa

Kompas.com - 25/08/2015, 12:45 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tindakan penyiksaan yang terjadi selama proses hukum di kepolisian masih terjadi. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang profesionalitas aparat Korps Bhayangkara tersebut.

Badan Pekerja Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) mencatat, dalam aduan yang mereka terima pada Mei hingga Agustus 2015, tujuh orang meninggal dunia saat penanganan kasus hukum di kepolisian. Ironisnya, dua orang di antaranya tergolong anak-anak, usianya di bawah 17 tahun. Sementara itu, 16 orang lainnya mengalami luka-luka karena mengalami hal serupa. (Baca Kontras Catat Tujuh Orang Tewas Ketika Jalani Proses Hukum di Polisi)

Angka korban tewas maupun luka-luka itu tercatat dalam empat kasus di lokasi berbeda. Di Samarinda, Kalimantan Timur, seorang anak berusia 16 tahun berinisial RS meninggal dunia seusai menjalani pemeriksaan di Polres Samarinda. Peristiwa itu dilaporkan ke Kontras pada 8 Mei 2015.

"RS awalnya ditangkap karena dituduh kasus pencurian sepeda motor. RS dipaksa mengaku dengan cara disiksa hingga mengalami muntah-muntah dan meninggal dunia," ujar Kepala Divisi Pembelaan Hak Sipil Politik Kontras Putri Kanesia di Sekretariat Kontras, Jakarta, Senin (24/8/2015).

Cerita serupa terjadi di Lampung Timur. Anggota Polsek Serpong menangkap 19 warga Lampung Timur atas tuduhan sindikat pencurian sepeda motor. Lima warga tewas dalam proses pemeriksaan dan diduga dianiaya selama pemeriksaan oleh polisi. Hal itu antara lain dibuktikan dengan adanya luka tembak pada sebagian besar korban. Salah satu di antaranya juga mengalami patah tulang leher.

"Yang menjadi ironi lagi, 14 warga sisanya itu dilepaskan karena tidak terbukti terlibat di dalam sindikat pencurian sepeda motor karena tak ditemukan bukti kuat," ujar Putri.

Kasus pencurian sepeda motor juga menelan korban di Widang, Tuban, Jawa Timur. Kontras menerima aduan bahwa seorang anak berinisial VA disiksa oleh oknum Polsek Widang agar mengakui sebagai pelaku pencurian sepeda motor milik tetangganya. Karena tak ada bukti kuat, polisi akhirnya melepaskan remaja 12 tahun tersebut.

Lain cerita di Bangka. Awalnya, anggota Polres Bangka menangkap seseorang pengguna narkoba. Dia menyebut nama Sh sebagai sumber barang haram itu. Polisi bergerak menangkap Sh dan menyiksanya demi mendapatkan barang bukti narkotika.

"Namun, di tengah penyiksaan, Sh tewas. Yang jadi catatan kami, Sh ditangkap di rumah anggota polisi. Nah, apa kasus itu dilanjutkan? Apa polisi itu diperiksa juga? Kita tidak tahu," ujar Putri.

Minim kemampuan

Wakil Koordinator Bidang Advokasi Kontras Yati Andriyani menyayangkan rentetan peristiwa ini. Ia menegaskan bahwa polisi seharusnya mengayomi masyarakat, melakukan pendekatan humanism dan bertindak profesional. Namun, korban jiwa dalam proses hukum di kepolisian justru menunjukkan hal sebaliknya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Nasional
Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Nasional
“Oposisi” Masyarakat Sipil

“Oposisi” Masyarakat Sipil

Nasional
Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Nasional
Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com