Saksi Ahli Dahlan Iskan: Tak Etis Kesaksian Tersangka Diambil Seluruhnya

JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli hukum pidana Made Darma Weda menilai tidak etis keterangan seorang saksi yang telah berstatus tersangka dijadikan bukti bagi penyidik untuk menetapkan seseorang sebagai tersangka. Menurut dia, keterangan itu hanya dapat menjadi salah satu unsur bukti.

"Tidak semua saksi dapat dijadikan alat bukti dan tidak etis apabila keterangan saksi yang statusnya sudah menjadi tersangka diambil seluruhnya," kata Made saat memberikan keterangan sebagai ahli yang dihadirkan mantan Dirut PT PLN Dahlan Iskan dalam sidang praperadilan lanjutan di PN Jakarta Selatan, Kamis (30/7/2015).

Dahlan sebelumnya ditetapkan sebagai tersangka proyek pembangunan 21 Gardu Induk Jawa, Bali dan Nusa Tenggara senilai Rp 1,06 triliun. Penyidik menetapkan Dahlan setelah melakukan pengembangan kasus dari keterangan 15 tersangka lain yang sebelumnya ditetapkan.

Senada dengan Made, ahli hukum pidana Mudzakir, yang juga didatangkan Dahlan, menyatakan bahwa keterangan tersangka dapat digunakan untuk menjerat tersangka lain dalam kasus tindak pidana berbeda.

"Jika kejahatan ini berdiri sendiri dan yang jadi tersangka berbeda, itu enggak masalah. Yang jadi masalah kalau tindak pidananya sama, ini tidak mencerminkam penegakan hukum," ujarnya.

Dahlan mendaftarkan gugatannya ke PN Jakarta Selatan pada Jumat (3/7/2015). Ia sebelumnya ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi proyek pembangunan 21 gardu induk Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara PT PLN senilai Rp 1,06 triliun.

Penganggaran proyek itu diduga melanggar Peraturan Menteri Keuangan Nomor 56 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pengajuan Persetujuan Kontrak Tahun Jamak dalam Pengadaan Barang/Jasa.