Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Busyro Ingatkan Pansel untuk Berkoordinasi dengan KPK

Kompas.com - 21/05/2015, 13:08 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Busyro Muqoddas, menilai, Panitia Seleksi Calon Pimpinan KPK (Pansel) KPK harus berkoordinasi dengan KPK dalam proses seleksi. Pansel juga diminta melibatkan sejumlah elemen masyarakat sipil dan aktivis antikorupsi.

Apalagi, sembilan anggota Pansel yang ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagian besar berlatar belakang akademisi. Tidak ada satu pun mantan Pimpinan KPK yang menjadi anggota Pansel.

"Langkah penting Pansel adalah untuk sharing dengan KPK, dan sejumlah elemen masyarakat sipil dan aktivis antikorupsi perlu segera untuk perumusan paradigma, mekanisme, dan proses seleksi," kata Busyro, melalui pesan singkat, Kamis (21/5/2015).

Ia juga mengingatkan Panitia Seleksi Calon Pimpinan KPK untuk melakukan seleksi dengan ekstra ketat dan berhati-hati. Pansel diminta melibatkan jaringan sosial yang independen untuk menelusuri rekam jejak para calon Pimpinan KPK nantinya.

"Di saat korupsi yang sekarang sudah menjadi tumor ganas stadium tiga, maka Pansel perlu ekstra ketat dan hati-hati," kata Busyro, melalui pesan singkat, Kamis (21/5/2015).

Busyro menilai, anggota Pansel harus siap menghadapi intervensi yang mungkin terjadi dan  siap mental menghadapi godaan, termasuk godaan uang. Menurut Busyro, Pansel sedianya tidak mudah diajak berkompromi dalam memilih calon pimpinan KPK.

"Pansel harus siap mental hadapi intervensi dan godaan fulus yang sangat amat terbuka. Dalam sikon yang sudah gila seperti sekarang ini, jangan pertaruhkan KPK dengan kompromi dan sikap permisif. Biaya moral dan sosialnya tak terperikan," tutur Busyro.

Mantan Ketua Komisi Yudisial ini, berpendapat, Pansel perlu sepakat mengenai pentingnya makna seleksi pimpinan KPK. Proses seleksi ini bukan hanya terkait teknis prosedural namun proses penentuan pimpinan sebuah lembaga negara yang lahir sebagai simbol pemberantasan korupsi setelah orde baru. Ia mengatakan, KPK lahir atas tuntutan reformasi sebagai antiklimaks perilaku korupsi dan budaya koruptif yang mengakar pada masa orde baru.

"Maka paradigma menjadi esensial bagi pansel. Kriteria kelulusan harus dari kejelasan paradigma ini," ucap dia.

Mengenai komposisi anggota Pansel yang semuanya perempuan, Busyro berharap pemilihan anggota Pansel ini bukan karena selera dan persepsi gender yang berlebihan. Pasalnya, menurut Busyro, masih banyak tokoh pria yang kompeten dan teruji untuk menjadi anggota Pansel.

"Tentu Presiden sudah memperhitungkan kapasitas, track record, independensi Pansel, termasuk mengapa unsur wanita semuanya. Semoga bukan karena soal selera dan persepsi gender yang berlebihan," ujar Busyro.

Kesembilan anggota Pansel KPK pilihan Jokowi adalah Destry Damayanti (ekonom, ahli keuangan dan moneter), Enny Nurbaningsih (pakar hukum tata negara), Harkristuti Haskrisnowo (pakar hukum pidana dan HAM, Ketua Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemenkumham), Betti S Alisjahbana (ahli IT dan manajemen), Yenti Garnasih (pakar hukum pidana ekonomi dan pencucian uang). Selain itu, Supra Wimbarti (ahli psikologi SDM dan pendidikan), Natalia Subagyo (ahli tata kelola pemerintahan dan reformasi birokrasi), Diani Sadiawati (Direktur Analisis Peraturan Perundang-undangan Bappenas), dan Meuthia Ganie-Rochman (Ahli sosiologi korupsi dan modal sosial).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terima Aduan Keluarga Vina, Komnas HAM Upayakan 'Trauma Healing' dan Restitusi

Terima Aduan Keluarga Vina, Komnas HAM Upayakan "Trauma Healing" dan Restitusi

Nasional
SYL Beri Kado Kalung Emas Buat Penyanyi Dangdut Nayunda Nabila

SYL Beri Kado Kalung Emas Buat Penyanyi Dangdut Nayunda Nabila

Nasional
Febri Diansyah Jadi Saksi di Sidang SYL Senin Pekan Depan

Febri Diansyah Jadi Saksi di Sidang SYL Senin Pekan Depan

Nasional
SYL Pesan 'Wine' saat Makan Siang, Dibayar Pakai Uang Kementan

SYL Pesan "Wine" saat Makan Siang, Dibayar Pakai Uang Kementan

Nasional
Kementan Kerap Tanggung Biaya Makan Bersama SYL dan Eselon I

Kementan Kerap Tanggung Biaya Makan Bersama SYL dan Eselon I

Nasional
Draf Revisi UU Polri: Perpanjangan Usia Pensiun Jenderal Polisi Ditetapkan dengan Keputusan Presiden

Draf Revisi UU Polri: Perpanjangan Usia Pensiun Jenderal Polisi Ditetapkan dengan Keputusan Presiden

Nasional
Bayar Cicilan Apartemen Biduanita Nayunda, SYL: Saya Merasa Berutang Budi

Bayar Cicilan Apartemen Biduanita Nayunda, SYL: Saya Merasa Berutang Budi

Nasional
Kehadirannya Sempat Buat Ricuh di MK, Seorang Saksi Mengaku Tambah Ratusan Suara PAN di Kalsel

Kehadirannya Sempat Buat Ricuh di MK, Seorang Saksi Mengaku Tambah Ratusan Suara PAN di Kalsel

Nasional
Gerindra: Negara Rugi jika TNI-Polri Pensiun di Usia 58 Tahun

Gerindra: Negara Rugi jika TNI-Polri Pensiun di Usia 58 Tahun

Nasional
Kemenkominfo Galang Kolaborasi di Pekanbaru, Jawab Tantangan Keberagaman untuk Kemajuan Bangsa

Kemenkominfo Galang Kolaborasi di Pekanbaru, Jawab Tantangan Keberagaman untuk Kemajuan Bangsa

Nasional
Pegawai Setjen DPR Antusias Donor Darah, 250 Kantong Darah Berhasil Dikumpulkan

Pegawai Setjen DPR Antusias Donor Darah, 250 Kantong Darah Berhasil Dikumpulkan

Nasional
Kasus Timah, Kejagung Tahan Eks Dirjen Minerba Kementerian ESDM

Kasus Timah, Kejagung Tahan Eks Dirjen Minerba Kementerian ESDM

Nasional
Soal Putusan Sela Gazalba, Kejagung: Perkara Belum Inkrah, Lihat Perkembangannya

Soal Putusan Sela Gazalba, Kejagung: Perkara Belum Inkrah, Lihat Perkembangannya

Nasional
Berhaji Tanpa Visa Haji, 24 WNI Diamankan Polisi Arab Saudi

Berhaji Tanpa Visa Haji, 24 WNI Diamankan Polisi Arab Saudi

Nasional
Enggan Beberkan Motif Anggota Densus Kuntit Jampidsus, Kejagung: Intinya Itu Terjadi

Enggan Beberkan Motif Anggota Densus Kuntit Jampidsus, Kejagung: Intinya Itu Terjadi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com