Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tjahjo: "Track Record" Calon Sekjen PDI-P Harus Teruji dan Dikenal Baik Megawati

Kompas.com - 03/04/2015, 18:51 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com-Politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Tjahjo Kumolo mengatakan, siapa pun yang menjadi calon sekretaris jenderal partai tersebut harus sudah teruji dan berkomitmen membesarkan partai.

"Siapa pun figur calon sekjen PDI Perjuangan, pada prinsipnya harus sudah teruji dan mempunyai keinginan semata untuk membesarkan partai sebagai partai ideologis, konsisten menjaga Pancasila, dan memperjuangkan pemikiran-pemikira perjuangan Bung Karno (Ir. Soekarno) sebagai Bapak Bangsa," kata Tjahjo di Jakarta, Jumat (3/4/2015).

Selain itu, menurut Tjahjo, calon sekjen partai juga harus sudah dikenal baik oleh Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Dengan demikian, calon sekjen itu harus paham visi dan misi perjuangan Megawati selama ini.

"Siapa pun kader partai mempunyai hak sama. Akan tetapi, untuk jadi calon sekjen setidaknya track record-nya harus sudah teruji, minimal sudah aktif sebagai fungsional partai selama lima tahun," kata Tjahjo yang kini menjabat Menteri Dalam Negeri.

Rencananya, Kongres PDI Perjuangan akan digelar di Bali pada tanggal 9-12 April dengan agenda konsolidasi untuk membawa partai berlambang banteng dengan moncong putih itu sebagai partai nomor satu.

Terkait dengan posisi ketua umum, Tjahjo menegaskan sesuai dengan Rakernas PDI Perjuangan di Semarang pada tahun 2014, posisi Ketua Umum DPP PDI Perjuangan telah ditetapkan, yakni Megawati Soekarnoputri.

Sebelumnya, Centre Strategic and International Studies (CSIS) memprediksi Megawati akan kembali menjadi orang nomor satu di Partai Banteng karena subjektivitas kader-kader partai tersebut.

"Berdasarkan sensus kami pada pimpinan PDI Perjuangan di daerah pada tahun 2015, Megawati akan terpilih kembali jadi ketum saat Kongres PDI Perjuangan di Bali, 9 April mendatang," kata peneliti CSIS Arya Fernandes.

Dalam sensus tersebut, hasil survei CSIS menyebutkan keterpilihan Megawati sebagai calon terkuat merupakan efek subjektivitas dari internal partai itu sendiri.

"Dari 467 DPC yang berhasil di-interview oleh CSIS, 320 DPC (68,5 persen) masih menyebut nama Megawati sebagai calon ketua umum," ujarnya.

Bicara soal suksesi kepemimpnan, lanjut Arya, kendati Megawati masih menjadi calon terkuat, dukungan terhadap Presiden RI kelima itu tidak mencapai 100 persen sehingga masih jauh dari kesimpulan aklamasi.

"Ada sekitar 147 DPC atau 31,5 persennya tidak lagi menyebut Megawati sebagai calon ketua umum," ucapnya.

Fakta itu, menurut dia, cukup mengagetkan karena dalam Rapimnas PDI Perjuangan di Semarang pada tahun 2014 ada keinginan untuk menetapkan kembali Megawati sebagai ketua umum secara aklamasi atau tanpa pemilihan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Djarot dan Risma Dinilai Lebih Berpotensi Diusung PDI-P di Pilkada DKI 2024 Ketimbang Ahok

Djarot dan Risma Dinilai Lebih Berpotensi Diusung PDI-P di Pilkada DKI 2024 Ketimbang Ahok

Nasional
Polri Pastikan Kasus Pembunuhan 'Vina Cirebon' Masih Berjalan, Ditangani Polda Jawa Barat

Polri Pastikan Kasus Pembunuhan "Vina Cirebon" Masih Berjalan, Ditangani Polda Jawa Barat

Nasional
KPK Dalami Gugatan Sengketa Lahan di MA

KPK Dalami Gugatan Sengketa Lahan di MA

Nasional
KPK Duga Tahanan Korupsi Setor Uang Pungli ke Rekening Orang Dekat Eks Karutan Achmad Fauzi

KPK Duga Tahanan Korupsi Setor Uang Pungli ke Rekening Orang Dekat Eks Karutan Achmad Fauzi

Nasional
Status Gunung Ibu di Halmahera Meningkat, Warga di 3 Desa Dievakuasi

Status Gunung Ibu di Halmahera Meningkat, Warga di 3 Desa Dievakuasi

Nasional
Pakar: Tidak Ada Urgensi Merevisi UU Kementerian Negara

Pakar: Tidak Ada Urgensi Merevisi UU Kementerian Negara

Nasional
Mesin Pesawat yang Ditumpanginya Sempat Terbakar Saat Baru Terbang, Rohani: Tidak Ada yang Panik

Mesin Pesawat yang Ditumpanginya Sempat Terbakar Saat Baru Terbang, Rohani: Tidak Ada yang Panik

Nasional
Prabowo Berharap Bisa Tinggalkan Warisan Baik Buat Rakyat

Prabowo Berharap Bisa Tinggalkan Warisan Baik Buat Rakyat

Nasional
Bertemu David Hurley, Jokowi Ingin Perkuat Pengajaran Bahasa Indonesia di Australia

Bertemu David Hurley, Jokowi Ingin Perkuat Pengajaran Bahasa Indonesia di Australia

Nasional
Pemerintah Diminta Kejar Target Pembangunan 25 Sabo Dam di Aliran Sungai Gunung Marapi

Pemerintah Diminta Kejar Target Pembangunan 25 Sabo Dam di Aliran Sungai Gunung Marapi

Nasional
Prabowo 'Tak Mau Diganggu' Dicap Kontroversi, Jubir: Publik Paham Komitmen Beliau ke Demokrasi

Prabowo "Tak Mau Diganggu" Dicap Kontroversi, Jubir: Publik Paham Komitmen Beliau ke Demokrasi

Nasional
JPPI: Meletakkan Pendidikan Tinggi sebagai Kebutuhan Tersier Itu Salah Besar

JPPI: Meletakkan Pendidikan Tinggi sebagai Kebutuhan Tersier Itu Salah Besar

Nasional
Casis yang Diserang Begal di Jakbar Masuk Bintara Polri lewat Jalur Khusus

Casis yang Diserang Begal di Jakbar Masuk Bintara Polri lewat Jalur Khusus

Nasional
Polri Buru Dalang 'Illegal Fishing' Penyelundupan Benih Lobster di Bogor

Polri Buru Dalang "Illegal Fishing" Penyelundupan Benih Lobster di Bogor

Nasional
Sajeriah, Jemaah Haji Tunanetra Wujudkan Mimpi ke Tanah Suci Setelah Menanti 14 Tahun

Sajeriah, Jemaah Haji Tunanetra Wujudkan Mimpi ke Tanah Suci Setelah Menanti 14 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com