Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua MUI Minta Pemerintah Tutup Pintu Masuk untuk ISIS

Kompas.com - 25/03/2015, 19:13 WIB

MATARAM, KOMPAS.com - Ketua Majelis Ulama Indonesia Din Syamsudin meminta pemerintah untuk menutup akses masuknya gerakan radikal di Indonesia, menyusul beredarnya video rekaman ISIS melalui internet.

"Kalau bisa, pemerintah segera menutup lubang-lubang yang mendukung masuknya keberadaan ISIS di tanah air," kata Din Syamsudin di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Rabu (25/3/2015).

Menurut dia, di era teknologi digital saat ini, penyebaran paham radikal seperti gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sangat memungkinkan bisa masuk ke tanah air melalui situs di internet. Mengingat, saat ini saja jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 250 juta jiwa.

"Pasti banyak yang tertarik dan itu sangat mungkin bisa masuk melalui media seperti itu. Makanya tugas pemerintah untuk menutup agar mereka yang tertarik dengan ISIS dengan dalih ingin berjihad untuk berperang tidak terpengaruh dan masuk," kata Din.

Sebab, kata dia, gerakan ISIS tak hanya menjadi ancaman bagi umat Islam, tapi juga umat manusia. Karena, apa yang dilakukan anggota gerakan radikal ini sudah membahayakan peradaban dan merusak Islam.

"Saya menilai ISIS ini gerakan politik radikal, bukan gerakan agama, tapi mengatasnamakan agama menggunakannya secara tidak benar dengan meruntuhkan sistem negara yang ada sekarang," ucapnya.

Dia menegaskan, gerakan ini harus dilawan dengan program komprehensif. Pemerintah dan sejumlah elemen terkait harus mengkaji secara mendalam alasan bangkitnya gerakan ini.

Mengingat ISIS merupakan gerakan ideologi, maka harus dihadapi secara ideologi. Dengan cara itu, pemerintah dan masyarakat harus memperkuat ideologi Islam yang menjunjung rahmatan lilalamin atau sebagai rahmat untuk semua alam. Ini termasuk untuk memperkuat idelogi kebangsaan.

"Jika itu sudah dilakukan maka ISIS tidak dapat tempat untuk tumbuh secara subur di Indonesia," jelasnya.

Terlebih lagi, ia menambahkan, terbentuknya ISIS, karena ada pemahaman agama yang diterima tak utuh. Karena itu, Din juga kurang sepaham adanya wacana penghapusan kewarganegaraan bagi para WNI yang masuk ke ISIS.

"Kalau itu tidak dilakukan dan hanya mengandalkan tindakan refresif justru tidak akan memecahkan masalah, karena tidak memotong akar tunjangnya," tutur Din.

Selain faktor agama, faktor kesenjangan sosial, ekonomi, politik, dan ketidakadilan global juga ikut ambil bagian dalam penyebaran paham ini. Oleh karena itu, gerakan ini harus dihadapi dengan komprehensif dengan strategi yang ampuh.

"Makanya ada tugas ulama dan tokoh agama untuk sadarkan umat, termasuk tugas pemerintah dan negara untuk bisa melakukan pendekatan-pendekatan secara menyeluruh, salah satunya meningkatkan kesejahteraan warganya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nasional
Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Nasional
UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

Nasional
Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Nasional
MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

Nasional
Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Nasional
Anies dan Ganjar Diminta Tiru Prabowo, Hadiri Pelantikan Presiden meski Kalah di Pilpres

Anies dan Ganjar Diminta Tiru Prabowo, Hadiri Pelantikan Presiden meski Kalah di Pilpres

Nasional
Digelar Hari Ini, Puan Jelaskan Urgensi Pertemuan Parlemen pada Forum Air Dunia Ke-10

Digelar Hari Ini, Puan Jelaskan Urgensi Pertemuan Parlemen pada Forum Air Dunia Ke-10

Nasional
ICW Catat 731 Kasus Korupsi pada 2023, Jumlahnya Meningkat Siginifikan

ICW Catat 731 Kasus Korupsi pada 2023, Jumlahnya Meningkat Siginifikan

Nasional
Anies Serius Pertimbangkan Maju Lagi di Pilkada DKI Jakarta 2024

Anies Serius Pertimbangkan Maju Lagi di Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Ditanya soal Bursa Menteri Kabinet Prabowo, Maruarar Sirait Ngaku Dipanggil Prabowo Hari Ini

Ditanya soal Bursa Menteri Kabinet Prabowo, Maruarar Sirait Ngaku Dipanggil Prabowo Hari Ini

Nasional
PDI-P Tak Undang Jokowi ke Rakernas, Maruarar Sirait: Masalah Internal Harus Dihormati

PDI-P Tak Undang Jokowi ke Rakernas, Maruarar Sirait: Masalah Internal Harus Dihormati

Nasional
Maruarar Sirait Dukung Jokowi Jadi Penasihat di Pemerintahan Prabowo

Maruarar Sirait Dukung Jokowi Jadi Penasihat di Pemerintahan Prabowo

Nasional
Pesawat Latih Jatuh di BSD, 3 Korban Tewas Merupakan Penerbang, Penumpang, dan Mekanik

Pesawat Latih Jatuh di BSD, 3 Korban Tewas Merupakan Penerbang, Penumpang, dan Mekanik

Nasional
Momen Anies Mampir Kondangan Warga Muara Baru sebelum ke Halalbihalal PKL dan JRMK di Jakut

Momen Anies Mampir Kondangan Warga Muara Baru sebelum ke Halalbihalal PKL dan JRMK di Jakut

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com