Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

JK: Tak Ada Alasan Rapat di Hotel, Buat Apa Ada Skype?

Kompas.com - 17/01/2015, 05:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, mengatur negara tak jauh berbeda dengan mengatur perusahaan. Jika perusahaan kesulitan keuangan, maka anggarannya akan diperketat, begitu pun dengan negara. Oleh karena itu, pemerintah pun mengeluarkan kebijakan pengetatan.

Kalla mengatakan, kebijakan pengetatan itu salah satunya dilakukan dengan memperketat peraturan soal penggunaan uang negara untuk menyewa hotel.

"Pemerintah mencoba untuk tidak boros, potong saja anggaran, rapat di hotel tidak ada alasan, buat apa ada telepon, buat apa ada Skype. Ternyata jalan juga," kata Kalla dalam sambutannya di acara "Pertemuan Tahunan Pelaku Industri Jasa Keuangan 2015" yang digelar di kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta Pusat, Jumat (16/1/2015) malam.

Skype yang dimaksud JK adalah layanan komunikasi video via internet yang dikembangkan Microsoft. Layanan ini memungkinkan seseorang berkomunikasi tidak hanya dengan panggilan suara, tetapi juga video (video call).

Kalla mengaku sadar hal itu berdampak buruk bagi industri hotel, dan menyebabkan sejumlah hotel harus mengurangi karyawannya. Namun, menurut Kalla, itu adalah konsekuensi, dan untuk tujuan baik segala sesuatunya ada konsekuensinya.

"Menderita sedikit orang hotel, itu sementara. Kalau negara baik, turis akan baik, pengusaha akan datang. Itulah yang kita jalankan," ujarnya.

Penghematan itu juga dilakukan dengan kebijakan pelarangan membuat bangunan baru. Bahkan seorang camat pun harus izin presiden bila memang hendak membangun bangunan baru untuk kantornya. "Sudahlah, jangan terlalu banyak kantor," ujarnya.

Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan penghentian penerimaan calon pegawai negeri sipil (PNS), kecuali untuk tenaga kesehatan dan pendidik. Selain itu, pemerintah juga mendongkrak pemasukan dari pengurangan subsidi. "Kita juga naikkan pajak sedikit, disiplinkan pajak," tuturnya. (Nurmulia Rekso Purnomo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com