Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Salam Gigit Jari"

Kompas.com - 11/11/2014, 14:00 WIB

KOMPAS.com - Ungkapan "Salam Gigit Jari" muncul beberapa hari setelah sidang paripurna di Senayan, Jakarta, Kamis dini hari, 2 Oktober 2014. Dalam sidang paripurna itu, partai anggota Koalisi Merah Putih yang dalam Pemilu 2014 mendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mendapatkan semua kursi pimpinan DPR.

Pencetus ungkapan "Salam Gigit Jari" yang bisa dirasa jenaka oleh satu pihak dan menyakitkan hati di pihak lain ini adalah Bambang Soesatyo, Sekretaris Fraksi Partai Golkar di DPR. "Saya menemukan ungkapan ini karena mendapat inspirasi dari lagu Salam Dua Jari dan kemudian ada lagi ungkapan salam tiga jari," ujar Bambang di Jakarta, Minggu (9/11).

Setelah Sidang Paripurna MPR, 8 Oktober 2014, ungkapan "Salam Gigit Jari" makin terkenal. Pasalnya, hampir seluruh kursi pimpinan MPR juga dipegang Koalisi Merah Putih.

Kekhawatiran pun merebak di kalangan pendukung Joko Widodo (presiden saat ini) dan M Jusuf Kalla (wakil presiden saat ini). Mereka khawatir, pelantikan presiden-wakil presiden di sidang MPR tanggal 20 Oktober 2014 bisa tidak lancar, terganggu, atau bahkan bisa tidak jadi.

Maka muncullah gagasan mengadakan perhelatan massal pendukung Jokowi-JK pada 20 Oktober 2014 di sepanjang jalan dari Jembatan Semanggi sampai depan Istana Merdeka dan Lapangan Tugu Monas, Jakarta. Banyak kelompok panitia bermunculan untuk acara ini. Rapat dan pertemuan bertele-tele sampai dini hari digelar tiap hari.

Selain itu, beberapa orang yang ingin menyukseskan acara massal di Monas itu juga sibuk berjalan ke sana kemari mendatangi sumber dana.

Acara selamatan massal pelantikan presiden dan wapres berlangsung meriah dan sempat membuat pendukung Jokowi-JK lupa pada ungkapan "Salam Gigit Jari". Padahal, sebelumnya, dalam suatu rapat panitia yang berlangsung sampai dini hari di Jalan Subang, Menteng, Jakarta, seorang anggota panitia mengatakan, "Salam Gigit Jari" itu menyakitkan hati.

Setelah pengumuman dan pelantikan Kabinet Kerja di Istana Kepresidenan, tanggal 26 dan 27 Oktober 2014, ungkapan "Salam Gigit Jari" tumbuh kembali. Saat itu ada aksi unjuk rasa menentang beberapa nama menteri kabinet baru ini.

Menurut Jokowi dalam pembukaan acara Kompas 100 CEO Forum di Jakarta, Jumat (7/11), ribuan orang ingin jadi menteri. Secara terpisah, Bambang Soesatyo mengatakan, banyak yang bermimpi jadi menteri, kini gigit jari. "Ada yang mimpi naik mobil dinas menteri dan punya ajudan. Ada pula yang sudah potong rambut dan menghapus tato di tangan dan bagian tubuh lainnya," ujar Bambang sambil tertawa ngakak.

Moderator acara diskusi Kompas 100 CEO Forum itu, Tony Prasetiantono, mengatakan optimisme terhadap Kabinet Kerja. Namun, CEO Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo mengatakan, banyak kalangan masih menanti.

Menanti dengan posisi jari tangan bagaimana? (J Osdar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Nasional
Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Nasional
UKT Mahal, Komisi X Minta Dana Pendidikan Juga Dialokasikan untuk Ringankan Beban Mahasiswa

UKT Mahal, Komisi X Minta Dana Pendidikan Juga Dialokasikan untuk Ringankan Beban Mahasiswa

Nasional
Jokowi Ingin TNI Pakai 'Drone', Guru Besar UI Sebut Indonesia Bisa Kembangkan 'Drone AI'

Jokowi Ingin TNI Pakai "Drone", Guru Besar UI Sebut Indonesia Bisa Kembangkan "Drone AI"

Nasional
Komisi X DPR RI Bakal Panggil Nadiem Makarim Imbas Kenaikan UKT

Komisi X DPR RI Bakal Panggil Nadiem Makarim Imbas Kenaikan UKT

Nasional
Jawab Kebutuhan dan Tantangan Bisnis, Pertamina Luncurkan Competency Development Program

Jawab Kebutuhan dan Tantangan Bisnis, Pertamina Luncurkan Competency Development Program

Nasional
Kemenag: Jemaah Haji Tanpa Visa Resmi Terancam Denda 10.000 Real hingga Dideportasi

Kemenag: Jemaah Haji Tanpa Visa Resmi Terancam Denda 10.000 Real hingga Dideportasi

Nasional
Hari Ke-6 Pemberangkatan Haji, 41.189 Jemaah Asal Indonesia Tiba di Madinah

Hari Ke-6 Pemberangkatan Haji, 41.189 Jemaah Asal Indonesia Tiba di Madinah

Nasional
UKT Naik Bukan Sekadar karena Status PTNBH, Pengamat: Tanggung Jawab Pemerintah Memang Minim

UKT Naik Bukan Sekadar karena Status PTNBH, Pengamat: Tanggung Jawab Pemerintah Memang Minim

Nasional
Di APEC, Mendag Zulhas Ajak Jepang Perkuat Industri Mobil Listrik di Indonesia

Di APEC, Mendag Zulhas Ajak Jepang Perkuat Industri Mobil Listrik di Indonesia

Nasional
Biaya UKT Naik, Pengamat Singgung Bantuan Pendidikan Tinggi Lebih Kecil dari Bansos

Biaya UKT Naik, Pengamat Singgung Bantuan Pendidikan Tinggi Lebih Kecil dari Bansos

Nasional
Penuhi Kebutuhan Daging Sapi Nasional, Mendag Zulhas Dorong Kerja Sama dengan Selandia Baru

Penuhi Kebutuhan Daging Sapi Nasional, Mendag Zulhas Dorong Kerja Sama dengan Selandia Baru

Nasional
UKT Naik, Pengamat: Jangan Sampai Mahasiswa Demo di Mana-mana, Pemerintah Diam Saja

UKT Naik, Pengamat: Jangan Sampai Mahasiswa Demo di Mana-mana, Pemerintah Diam Saja

Nasional
Profil Mayjen Dian Andriani, Jenderal Bintang 2 Perempuan Pertama TNI AD

Profil Mayjen Dian Andriani, Jenderal Bintang 2 Perempuan Pertama TNI AD

Nasional
Status Gunung Ibu di Halmahera Meningkat, Warga Dilarang Beraktivitas hingga Radius 7 Kilometer

Status Gunung Ibu di Halmahera Meningkat, Warga Dilarang Beraktivitas hingga Radius 7 Kilometer

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com