JAKARTA, KOMPAS.com — Kemenangan Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden terpilih membuat kubu Partai Golkar kembali bergejolak. Partai ini sebelumnya sudah masuk dalam koalisi permanen Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.
Namun, menurut Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono, Partai Golkar sebaiknya bisa mendukung pemerintahan baru. Agung menilai sebaiknya jajaran pengurus Partai Golkar mulai kembali memikirkan komitmen tetap bergabung pada koalisi Prabowo-Hatta yang akan berada di luar pemerintahan. Menurut dia, menjadi oposisi, membuat partai akan bersikap apriori.
“Kalau kami itu kita oposisi, kan oposisi selalu karakternya apriori, apa pun yang diputuskan, dirancang, ditolak. Menurut saya, tidak harus menyatakan diri oposisi lalu menjadi apriori, tapi alangkah baiknya kita ingin mendukung pemerintah baru dalam arti menyukseskan pembangunan untuk kesejahteraan rakyat,” ucap Agung.
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat ini mengungkapkan, meski nantinya bergabung ke pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla, dia menuturkan, Partai Golkar akan tetap kritis. “Saya memang tidak pada tempatnya mengajarkan Partai Golkar. Tapi memang perlu ada evaluasi (arah koalisi) bisa saja bergeser haluannya agar pas. Jadi pikirannya edukatif, jangan emosional yang mutlak mendukung sepenuhnya itu tidak baik,” kata Agung.
Seperti diketahui, Komisi Pemilihan Umum sudah menetapkan pasangan calon presiden dan wakil presiden, Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil presiden terpilih, Selasa (22/7/2014). Jokowi-JK memperoleh suara 53,15 persen dan Prabowo-Hatta 46,84 persen. Di sisi lain, pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menyatakan menolak hasil yang ditetapkan KPU itu karena menganggap KPU telah berlaku tidak adil dan transparan serta tidak menjalankan sejumlah rekomendasi Badan Pengawas Pemilu.
Pada saat penandatanganan berita acara, saksi-saksi dari kubu Prabowo-Hatta juga tidak hadir. Partai Golkar pun turut mendukung langkah Prabowo ini dengan kehadiran Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie pada pembacaan sikap Prabowo.
Kemenangan Jokowi-JK ini pun memperuncing konflik internal di tubuh partai berlambang pohon beringin itu. Pasalnya, selama pelaksaan pilpres lalu, sudah mulai bermunculan pengurus hingga fungsionaris partai yang secara terbuka mendukung Jokowi-JK lantaran JK adalah mantan Ketua Umum Partai Golkar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.