Saya bertanya kepada Alien, minuman apakah yang bisa membuat orang bahagia? Tentu saja, Alien yang bernama asli Elsama itu cuma tersenyum.
Saya merasa sudah beberapa waktu ini susah menemukan kebahagiaan, itulah soalnya saya bertanya mengenai minuman yang membahagiakan kepadaa Alien. Siapa tahu, Alien bisa seperti tokoh dalam salah satu episode film seri Time Tunnel, yang merupakan penjelmaan malaikat, atau bahkan Tuhan. Karena itu dia bisa memberikan tips kebahagiaan.
Tapi Alien cuma memberi saya seulas senyum, seperti biasanya dia berikan kepada sipapun yang memesan minuman kepadanya. Dia bukan sosok yang saya bayangkan. Alien cuma seorang pemuda dari Timur Indonesia yang merantau ke Jakarta, dan untuk sementara waktu, setelah lulus kuliah dia mengisi waktunya dengan menjadi pembuat kopi di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan.
Alien ya Elsama. Tapi kini nama Elsama telah tenggelam bersama legam kopi yang dibuatnya tiap malam di warung kopi yang terletak di pelataran GOR Bulungan, Jakarta Selatan. Padahal, jika si pemberi nama Alien mau lebih jeli, nama Elsama niscaya lebih cocok dengan penampilan pemuda asal Saparua, Ambon ini, yang memiliki berewok lebat. Ya, ya, setidaknya namanya mengingatkan kita pada tokoh Osama bin Laden. Tinggal diplesetkan saja toh, menjadi Elsama bin Laden.
Kelahiran Ambon tahun 1982 ini Melewati masa remajanya di daerah Batu Gajah, Ambon. Selepas SMA, Alien pun hijrah ke Jakarta tahun 2002. Kuliah di Universitas Budi Luhur, mengambil jurusan Sistem Informasi, lulus gahun 2009. "Sekarang saya mebantu teman-teman di Join Kopi," kata Alien pada suatu malam.
Dari penuturan beberapa kawan, Alien memang cuma membantu beberapa kawan sepermainannya yang mendirikan warung kopi yang ramai nian ketika akhir pekan menjelang.
"Òm mau minum apa? Kopi luwak gayo? Kopi bali? Papua? Atau....?" tanya Alien, eh Elsam.
"Saya tetap pada pendirian saya, bikinkan minuman yng membahagiakan."
"Ah Om bercanda."
"Saya serius Alien....."
Oleh pekerjaan yang terus memburu, membuat Alien segera bergegas melayani pemesan minuman lainnya.
"Emang Om kurang bahagia ya?"
Saya cuma tersenyum.
"Emang apa sebabnya Om?" Alien bertanya kembali.
Saya sengaja tak menjawab pertanyaan Alien. Percuma saja, kalau pun saya menjawab, tentu dia hanya akan mendengarkan sambil lalu saja. Jadi, ya saya jawab dengan senyum saja.
Pada titik tersebut, saya justru tergoda untuk memikirkan pertanyaan Alien mengenai musabab ketidak-bahagiaan saya.
Hm..., saya harus bertanya kepada orang lain dulu sebelum menjawab pertanyaan Alien saat dirinya tak sibuk nanti.