JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik dari Populi Center, Nico Harjanto, menilai, langkah gencar Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa merangkul orang-orang yang pernah dekat dengan kubu Joko Widodo dan Jusuf Kalla dapat memecah basis suara pendukung Jokowi-JK. Meski demikian, cara ini belum tentu bisa menjatuhkan perolehan suara Jokowi-JK.
Nico menyebutkan, cara Prabowo-Hatta mendekati dan merekrut mantan pendukung lawan ini sebetulnya menunjukkan ketidakpercayaan diri pasangan tersebut. Para barisan sakit hati ini, kata Nico, dianggap sebagai sekutu potensial yang dapat memecah basis suara lawan.
"Mereka merasa diri mereka berada di bawah dan enggak yakin menang sehingga merekrut barisan sakit hati ini," ujar Nico, Selasa (20/5/2014).
Menurut dia, cara pendekatan seperti ini akan berpengaruh dalam penggalangan dukungan Jokowi-JK di kalangan akar rumput. Hal itu karena tokoh-tokoh yang dibujuk oleh Prabowo-Hatta memiliki pengaruh cukup kuat, antara lain Rhoma Irama, Mahfud MD, dan Hary Tanoesoedibjo.
"Pilpres ini bersifat tergantung dari figur. Partai bisa pecah macam-macam, tetapi dukungan terhadap Jokowi-JK akan tetap kuat. Terlebih lagi, berdasarkan survei kami yang terakhir, beda Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta sampai 12 persen," katanya.
Nico membandingkan kondisi saat ini seperti duet Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla pada Pemilu 2004. Saat itu, dukungan terhadap SBY-JK dari Partai Golkar terpecah karena partai itu memiliki calon lain, yakni Wiranto-Solahudin Wahid.
"Namun karena sosok SBY sangat kuat, tidak bisa dikalahkan. Begitu juga dengan Jokowi," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.