Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekam Jejak Jusuf Kalla, Si Cawapres Pilihan Jokowi...

Kompas.com - 19/05/2014, 11:38 WIB
Deytri Robekka Aritonang

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Bakal calon presiden (capres) Joko Widodo akhirnya menetapkan wakil presiden periode 2004-2009, Jusuf Kalla, sebagai pendampingnya, untuk menjadi peserta Pemilu Presiden (Pilpres) 2014. Siapakah JK dan bagaimana rekam jejaknya?

Lahir di Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942, JK adalah Wakil Presiden ke-10 Indonesia. Saat itu, ia menjabat Ketua Umum Partai Golkar, menggantikan Akbar Tandjung, sejak Desember 2004 hingga 9 Oktober 2009. 

Saat ini, politisi senior itu aktif sebagai Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) pada Munas PMI ke XIX periode 2009-2014 dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI) dalam Muktamar VI DMI untuk periode 2012-2017. 

Selain itu, suami dari Mufidah Jusuf Kalla itu juga menjalani bisnis dengan bendera usaha Kalla Group. Bisnis keluarga Kalla itu meliputi beberapa kelompok perusahaan di berbagai bidang industri. Tahun 1968, dia menjadi CEO dari NV Hadji Kalla. Di bawah kepemimpinannya, NV Hadji Kalla berkembang dari sekadar bisnis ekspor-impor, meluas ke bidang-bidang perhotelan, konstruksi, penjualan kendaraan, perkapalan, real estat, transportasi, peternakan udang, kelapa sawit, dan telekomunikasi. 

Bukan kali ini saja JK menjadi peserta pilpres. Pada 2009 lalu, setelah pada pemilu sebelumnya berduet dengan Susilo Bambang Yudhoyono, JK menjadi capres. Ia maju didampingi Ketua Umum Partai Hanura Wiranto. Namun, ia kalah dari pasangan SBY dan Boediono. 

Dia mulai duduk di pemerintahan sebagai menteri perdagangan, meski tak sampai satu tahun, yaitu sejak Oktober 1999 hingga Agustus 2000. Pada 2001 hingga 2004, ia dipercaya Presiden Megawati Soekarnoputri sebagai Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan (Menko Kesra). 

Selain aktif di bidang politik, serta bisnis industri dan sosial, JK juga terkenal sebagai tokoh jitu dalam menyelesaikan konflik di Indonesia. Tangan dinginnya dipercaya mampu memadamkan konflik. 

JK adalah sosok yang berperan dalam penyelesaian kerusuhan sosial di Poso (Sulawesi Tengah) pada 2001 dan 2002, serta Ambon (Maluku) pada 2002. Dia juga yang menjadi juru damai antara pemerintah dan Gerakan Aceh Merdeka, 2005 lalu. JK juga sempat turun langsung meredakan kerusuhan di Kalianda, Lampung, 2012. 

Atas perannya menjadi penengah di antara pihak-pihak yang berkonflik itu, dia mendapat gelar kehormatan doktor honoris causa (HC) bidang perdamaian dari Soka University, Jepang, pada 2 Februari 2009. Gelar yang sama untuk bidang yang sama juga disematkan padanya oleh Universitas Syah Kuala, Aceh, September 2011. 

Dia juga diberi gelar doktor HC oleh Universiti Malaya, Malaysia, pada 2007; doktor HC bidang pendidikan kewirausahaan dari Universitas Pendidikan Indonesia pada 2011; doktor HC bidang ekonomi politik Universitas Hasanuddin, Makasar, 2011; doktor HC di bidang pemikiran ekonomi dan bisnis dari Universitas Brawijaya, Malang, pada 2011; serta doktor HC bidang kepemimpinan dari Universitas Indonesia pada 9 Februari 2013. 

Adapun riwayat pendidikan JK adalah lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin dan The European Institute of Business Administration, Perancis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Nasional
Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Nasional
Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Nasional
Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com