Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demokrat Tak Usah Buru-buru Berpikir Jadi Oposisi

Kompas.com - 28/04/2014, 08:38 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari Universitas Mercu Buana Jakarta Heri Budianto mengatakan, Demokrat sebaiknya menjadikan pilihan oposisi sebagai opsi terakhir. Ia menilai,, Demokrat masih berpeluang membangun koalisi bersama sejumlh partai untuk mengusung capres dan cawapres.

"Peran oposisi memang strategis bagi Demokrat untuk membangun kembali kepercayaan publik utk berbicara dalam kancah politik 2019. Namun tentu oposisi mestinya diambil jika skenario akhir Partai Demokrat gagal," kata Heri, Senin (28/4/2014).

Menurut Heri, Demokrat masih memiliki kemampuan untuk bertarung saat pilpres nanti. Hal itu, katanya, bisa terwujud jika SBY melakukan taktik gerilya politik untuk merangkul sejumlah partai potensial yang dapat menjadi mitra koalisi. Partai yang dianggap Heri potensial untuk dirangkul Demokrat, di antaranya, Partai Amanat Nasional dan Partai Keadilan Sejahtera. Demokrat, katanya, juga berpeluang menggandeng Partai Kebangkitan Bangsa jika gagal berkoalisi dengan PDI Perjuangan.

"Sebaiknya upayakan bentuk cluster keempat di mana Partai Demokrat dan khususnya SBY bisa menjadi tokoh sentral yang memainkan itu," ujarnya.

Ia menambahkan, peserta konvensi dapat menjadi salah satu magnet untuk menarik minat parpol lain membangun koalisi dengan Demokrat. Jika koalisi sudah terbentuk, maka langkah selanjutnya menentukan siapa capres-cawapres yang akan didukung. Namun, lanjut Heri, pasangan itu harulah memiliki elektabilitas tinggi dan basis dukungan riil. Misalnya, kata dia, Demokrat dapat mengajukan salah satu peserta kovensi atau mengusung figur dari partai lain seperti PAN atau PKS.

"Basis dukungan riil ini adalah massa pemilih yang jelas misalnya dari NU dan Muhammadyah. Sebab ini akan sangat membantu dalam kontestasi pilpres dalam melawan Jokowi, Ical, maupun Prabowo Subianto," ujarnya.

Siap jadi oposisi

Sebelumnya, SBY merespon spekulasi terkait sikap politik partainya menyusul hasil hitung cepat pemilu legislatif sejumlah lembaga survei. Ia memastikan, Demokrat belum menentukan sikap berkoalisi dan mempertimbangkan menjadi oposisi apabila gagal menemukan partai yang memiliki kesamaan platform.

"Kita sedang melakukan konsolidasi internal. Sekarang ini, Partai Demokrat belum menentukan akan berkoalisi dengan partai lain," kata SBY di Hotel Grand Sahid Jakarta, Minggu (27/4/2014).

SBY menyebutkan, Demokrat masih terbuka pada semua kemungkinan. Komunikasi politik juga terus dilakukan untuk memetakan peta koalisi dan mendapatkan keputusan yang tepat. SBY tidak ingin partainya menjadi partai oportunis yang berbondong-bondong mendukung capres atau partai tertentu tanpa alasan yang jelas.

Ia memastikan bahwa Demokrat hanya akan berkoalisi dengan akal sehat, memilih tandem koalisi yang memiliki platform jelas, rasional, dan sejalan dengan misi yang diperjuangkan oleh partainya.

"Banyak spekulasi, diperkirakan Partai Demokrat akan berkoalisi dengan partai A, B, atau C. Itu semua belum. Kami tak akan mendukung bila platformnya berbeda. Lebih baik kami di luar (pemerintahan), mandiri, berjuang dari sisi yang lain," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Nasional
SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

Nasional
DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

Nasional
Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Nasional
DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

Nasional
KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait 'Food Estate' Ke Kementan

KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait "Food Estate" Ke Kementan

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Sewa 'Private Jet' SYL Rp 1 Miliar

Pejabat Kementan Tanggung Sewa "Private Jet" SYL Rp 1 Miliar

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Nasional
Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Nasional
MK Jadwalkan Putusan 'Dismissal' Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

MK Jadwalkan Putusan "Dismissal" Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

Nasional
Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Nasional
Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Nasional
[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com