KOMPAS.com -
AM Fatwa dan kawan-kawan Initiative”, demikian Ketua Dewan Perwakilan Daerah Irman Gusman menjuluki ”hak bertanya” anggota DPD terkait kebijakan mobil murah. Hak bertanya ini mencoba mencari jawaban atas kebijakan yang kini dibahasakan pemerintah sebagai kendaraan bermotor roda empat yang hemat energi dan harga terjangkau atau KBH2.

Hak bertanya ditandatangani 96 dari 132 anggota DPD, lalu dilontarkan secara resmi dalam Sidang Paripurna DPD pada 25 Oktober 2013. Dalam sembilan tahun perjalanan DPD, inilah untuk pertama kalinya mereka menggunakan hak bertanya.

Satu kali hak bertanya dalam sembilan tahun usia DPD? Ya, itulah faktanya.

Rendahnya antusiasme untuk bertanya menjadi salah satu kerisauan di negeri ini. Tidak hanya anggota DPD, para pelajar pun sering gagu bertanya. Tak heran jika sebagian orangtua menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah swasta mahal atau sekolah internasional supaya anak mereka aktif bertanya seperti anak-anak dari negara maju.

Dunia ini sebenarnya pernah disinggahi orang bijak bernama Socrates, yang hidup 400 tahun sebelum Masehi. Socrates tidak pernah menulis satu karya pun—kita beruntung Plato, muridnya, menuliskan kisah hidupnya—juga tidak pernah membuat pernyataan konkret apa pun.

Bahkan, salah satu kata-kata Socrates yang abadi justru scio me nihil scire, saya memahami bahwa saya tak mengetahui apa-apa. Namun, dari pemahaman itulah, muncul senjata pamungkas Socrates, yakni bertanya. Dunia bahkan menjadi lebih baik karena jawaban-jawaban, yang muncul karena pertanyaan-pertanyaan mendalam dan ”menggigit” dari Socrates.

Hari-hari ini, jelas tidak ada hal yang lebih baik daripada pertanyaan tentang mobil murah yang disampaikan oleh DPD.

Selasa (19/11), Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Perhubungan EE Mangindaan, dan Menteri Perindustrian MS Hidayat—mewakili Presiden—hadir dalam Sidang Paripurna DPD di Senayan.

Hatta menjelaskan kebijakan pemerintah dengan berapi-api. Tak hanya mengupas mobil murah, tetapi juga menjelaskan makroekonomi dan persaingan industri otomotif antarnegara.

Namun, DPD menilai jawaban pemerintah tidak memuaskan. Sempat akan terjadi hujan interupsi dan pertanyaan, tetapi ditengahi oleh janji pemerintah untuk membahas kebijakan itu di komisi-komisi. Nah, makin terbuka kesempatan jika DPD ingin membuktikan baktinya. DPD telah mendapat panggung, jadi bertanyalah terus.

Lagi pula, jangan pernah takut untuk ”mempertanyakan” atau sekadar ”bertanya”. Martabat penanya takkan berkurang dengan bertanya. Sebaliknya, kualitas pemberi jawaban—seperti saat menjawab hak bertanya DPD—dapat terlihat dengan jawabannya. Selamat bertanya. (HARYO DAMARDONO)