Elektabilitas PPP atau calon pemimpin yang diusungnya, kata Suryadharma, tidak akan disempitkan dengan ukuran popularitas hasil survei semata. Ia berpendapat, pemimpin yang disurvei belum tentu mengakar, dan pemimpin yang mengakar belum tentu masuk dalam sebuah survei.
"Seperti kata Buya Hamka, tidak semua orang besar itu populer, dan tidak semua yang populer itu orang besar," kata Suryadharma, saat memberikan orasi ilmiah dalam diskusi yang bertajuk "Lecture Series on Leadership in Politics", di depan ratusan mahasiswa FISIP Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Senin (11/11/2013).
Dalam kesempatan yang sama, Suryadharma juga menyampaikan bahwa Indonesia tengah mengalami suatu dilema. Ia menganggap demokrasi di Indonesia masih sebatas demokrasi prosedural dan belum sampai pada tatanan demokrasi yang substansial.
Dampaknya, menurut Suryadharma, partai-partai politik kini lebih banyak mencetak para politisi ketimbang mencetak seorang negarawan. Padahal menurutnya, untuk membangun bangsa yang tangguh di masa depan memerlukan banyak negarawan yang memiliki pemikiran kenegarawanan.
Berkaca pada fakta yang disampaikannya, Menteri Agama ini lalu mengajak seluruh umat Islam untuk memilih pemimpin yang paling baik. Dalam kriterianya, pemimpin yang baik adalah figur yang mampu menjaga kedaulatan hukum, memiliki visi kenegarawanan, berkepribadian sederhana, ikhlas, mementingkan kemaslahatan rakyat, dan pemimpin yang mencintai agama Islam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.