Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekelumit Cerita dari "Markas" KPU

Kompas.com - 29/10/2013, 09:31 WIB
Deytri Robekka Aritonang

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Enam bulan menjelang pemungutan suara, kesibukan bukan hanya menghampiri komisioner Komisi Pemiilihan Umum (KPU). Para pegawai Sekretariat Jenderal (Setjen) KPU juga menjalani kesibukan yang luar biasa. Pergi pagi, pulang malam, tanpa tunjangan lembur. 

"Kok belum pulang sih?" ujar seorang pegawai negeri sipil (PNS) staf Biro Umum KPU, sambil menjulurkan kepalanya dari balik partisi ke dalam kubikel di ruangan bagian Tata Usaha (TU) KPU, Senin (28/10/2013) sore.

Yang ditanya pun menjawab singkat, "Ini, lihat saja sendiri."

Waktu menunjukkan pukul 18.10 WIB. Hujan deras mengguyur di luar Gedung KPU. Derasnya hujan tidak disadari, apalagi dikeluhkan pegawai-pegawai itu.

Sedikitnya lima orang staf TU KPU memang tampak sedang sibuk mengguntingi kertas bertuliskan alamat surat. Kepala Sub Bagian Arsip KPU Darmanto mengatakan, para pegawai tersebut tengah menggunting kertas-kertas bertuliskan alamat KPU kabupaten/kota dan provinsi. Menurutnya, kertas-kertas tersebut akan ditempeli di amplop berisikan surat edaran yang akan dikirim kepada 530 satuan kerja KPU di seluruh Indonesia.

"Itu fotokopinya baru sampai, jadi baru bisa diguntingi satu per satu," kata Darmanto.

Proses pemotongan memang harus dikerjakan secara konvensional dengan mengguntingnya satu per satu. Pasalnya, KPU tak memiliki mesin potong yang seharusnya dapat membantu pekerjaan gunting-menggunting itu. Darmanto mengatakan, pengepakan surat-surat itu harus diselesaikan malam itu juga. Sebabnya, kata dia, sudah harus dikirimkan pada Selasa (29/10/2013) pagi.

Biasanya, para PNS golongan III C itu sudah ada di kantornya sejak pukul 08.00 WIB, dan terkadang meninggalkan kantor lebih dari pukul 21.00 WIB. Meski harus bekerja ekstra melebihi jam kerjanya, Darmanto tak mengeluhkannya. Meski tak ada uang lembur sebagai kompensasinya.

Satu-satunya hal yang membuatnya tak tenang dalam menjalankan tugasnya adalah tenggat waktu pengiriman surat yang sangat mepet.

"Misalnya surat harus sampai di daerah dua hari lagi, tapi surat baru disampaikan ke kami hari ini," kisahnya.

Ia mengatakan, jika sudah demikian, pihaknya akan mengakali dengan lebih dulu menghubungi pihak KPU daerah lewat sambungan telepon dan menyampaikan isi surat lewat jalur komunikasi itu.

"Nanti suratnya menyusul," kata Darmanto.

Darmanto mengatakan, meski hanya menjalankan tugas kearsipan dan surat-menyurat, ia berharap apa yang dilakukannya membantu mendukung penyelenggaraan pemilu yang berkualitas.

PNS lain yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan, beruntung Biro Umum KPU menyediakan mobil dan sopir yang siap mengantar pegawai KPU yang terpaksa kerja hingga larut malam di KPU. Mobil itu melayani pengantaran ke tiga wilayah, yaitu Tangerang, Bekasi, dan Depok.

"Sayang cuma sampai jam 9 malam. Padahal, sering juga kami sampai di atas jam 9," katanya.

Hal serupa juga dialami Sekretaris Ketua KPU Husni Kamil Manik, Eri Nofianto. Sebagai pihak yang paling dekat dalam pekerjaan yang berhubungan dengan komisioner KPU, Eri harus siaga setiap saat dibutuhkan.

Pernah, kata dia, baru saja akan bergerak meninggalkan kantor, tiba-tiba teleponnya berdering. Eri pun terpaksa kembali masuk ke ruang kerjanya, menyiapkan dokumen yang harus disiapkan. Lelah, itu wajar saja. Namun, ia mengaku menikmati apa yang dijalaninya.

"Ya capek dibawa senang. Jadinya menikmati pekerjaan. So, mengalir saja, karena amanah sebagai pegawai," kata peraih beasiswa Kementerian Pendidikan Nasional saat masih duduk di bangku kuliah itu.

Dari apa yang dilakoninya, Eri mengaku mendapatkan banyak hal positif. "Ya, harus bisa dapat ilmulah," kata Eri.

Semoga keringat dan kerja keras para "penggawa" KPU ini membuahkan hasil: pemilu yang lebih berkualitas! Semoga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com