JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyayangkan pemberitaan yang menyebut adanya penjemputan paksa terhadap mantan Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Subur Budisantoso, oleh Badan Intelijen Negara (BIN). Presiden menilai pemberitaan tersebut tidak bertanggungjawab.
Hal itu dikatakan Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha melalui pesan singkat, Sabtu (19/10/2013 ) malam, menyikapi pemberitaan di media online.
Julian mengatakan, penjelasan yang diberikan Kepala BIN Marciano Norman merupakan atas perintah Presiden SBY. Masyarakat perlu diberikan penjelasan agar menjadi jelas.
Tidak boleh ada fitnah yang dibiarkan dan disebarkan tanpa pertanggungjawaban. Hukum harus ditegakkan demi kebenaran dan keadilan, kata Julian.
Seperti diberitakan, informasi yang beredar menyebutkan, Subur dijemput staf BIN pukul 9.00 Jumat ( 18/10/2013 ). Disebutkan, Kepala BIN ingin bertemu dengan Subur pukul 10.00 WIB. Namun, setelah Subur tiba di Kantor BIN di Kalibata, dia dinformasikan Kepala BIN sedang menghadap Presiden.
Dalam informasi yang beredar itu juga disebutkan Subur tidak boleh meninggalkan kantor BIN. Di hari yang sama, Subur diundang menjadi narasumber dalam dialog Dinasti versus Meritokrasi Politik yang digelar Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI).
Marciano membantah hal itu. Menurutnya, BIN tidak ada kepentingan untuk bertemu Subur pada Jumat itu. Marciano juga sudah berkomunikasi dengan Subur. Ia mengaku kecewa terhadap pernyataan yang telah menyudutkan BIN.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.