Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nazaruddin Mengaku Rumahnya Dikirimi Bom Molotov

Kompas.com - 27/08/2013, 17:34 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin melalui pengacaranya, Elza Syarief, mengaku dapat ancaman dari pihak tertentu. Nazaruddin mengaku didatangi pengancam di tempat dia ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat.

"Didatangin Nazarnya. Jadi saya jelasin saja, saya mohon doa kepada publik supaya didoakan dia, dia selamat-selamat saja," kata Elza di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Selasa (27/8/2013), seusai mendampingi Nazaruddin diperiksa sebagai tersangka kasus dugaan pencucian uang terkait pembelian saham perdana PT Garuda.

Pihak yang mendatangi Nazaruddin tersebut, kata Elza, mengancam akan membunuh Nazar jika membuka informasi tertentu kepada KPK. "Pokoknya mau mati atau mau hidup kamu semua," ucap Elza menirukan ancaman tersebut.

Elza juga mengungkapkan, ancaman bukan hanya ditujukan kepada Nazaruddin, melainkan juga kepada keluarga kliennya itu. Menurut Elza, kediaman Nazaruddin pernah dikirimi bom molotov oleh orang tak dikenal.

"Dan rumahnya Nazaruddin sudah dikirimi bom molotov," ucapnya.

Saat ditanya apakah pihak pengancam Nazaruddin berkaitan dengan partai penguasa saat ini, Elza membantah hal tersebut. Dia pun meminta KPK menjaga keamanan Nazaruddin.

"Enggak. Kalau kita ingin pembersihan negara kita dari korupsi, kita komitmen dengan KPK akan membantu, tapi tentunya kita juga harus dijagalah keamanannya," ujar Elza.

Pada Selasa ini, Elza mengatakan bahwa kliennya sudah menyampaikan ke KPK dugaan penyelewengan dalam sejumlah proyek pemerintah. "Yang jelas pendalaman Hambalang terus masalah e-KTP, sudah mulai dengan struktur siapa-siapanya kemudian dengan pembangunan Gedung MK dan Diklat MK," tutur Elza.

Dia pun mengaku sudah menyerahkan bukti-bukti kepada KPK. Pernyataan Elza yang mengaku telah menyerahkan bukti kepada KPK ini berbeda dengan pernyataannya saat memasuki Gedung KPK siang tadi. Sebelumnya, Elza mengatakan tidak jadi menyerahkan dokumen bukti kepada KPK dengan alasan berkasnya tertinggal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Nasional
Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Nasional
Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Nasional
Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

Nasional
Dukung Khofifah di Pilgub Jatim, Zulhas: Wakilnya Terserah Beliau

Dukung Khofifah di Pilgub Jatim, Zulhas: Wakilnya Terserah Beliau

Nasional
Polisi Buru 2 Buron Penyelundup 20.000 Ekstasi Bermodus Paket Suku Cadang ke Indonesia

Polisi Buru 2 Buron Penyelundup 20.000 Ekstasi Bermodus Paket Suku Cadang ke Indonesia

Nasional
Tanggapi Prabowo, Ganjar: Jangan Sampai yang di Dalam Malah Ganggu Pemerintahan

Tanggapi Prabowo, Ganjar: Jangan Sampai yang di Dalam Malah Ganggu Pemerintahan

Nasional
Tanggapi Prabowo, PDI-P: Partai Lain Boleh Kok Pasang Gambar Bung Karno

Tanggapi Prabowo, PDI-P: Partai Lain Boleh Kok Pasang Gambar Bung Karno

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com