Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Yang Korupsi Presidennya, yang Disuruh Tobat Kok Kadernya

Kompas.com - 02/02/2013, 18:06 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta secara berapi-api menyerukan kadernya untuk berbenah diri dan melakukan tobat nasional. Namun, langkah perdana Anis ini dinilai tidak tepat. Pengamat politik, Burhanudin Muhtadi, menganggap ajakan tobat itu terasa janggal.

"Tobat nasional ini justru menimbulkan pertanyaan jangan-jangan ada sinisme. Yang korupsi presidennya, yang disuruh tobat kadernya. Ini, kan, lucu, menimbulkan nyinyirisme," kata Burhanuddin, Sabtu (2/2/2013), dalam diskusi di Warung Daun, Jakarta.

Ia menyarankan agar PKS segera melakukan manajemen isu. Kalau perlu, PKS disarankan menyewa jasa konsultan untuk memperbaiki citranya yang hancur lebur. "Di dalam komunikasi politik, PKS tidak lebih baik dari Demokrat," ujar Burhanuddin.

Sementara itu, pengamat gerakan politik Islam, Edi Sudrajat, juga menyangsikan niat tobat nasional yang diutarakan Anis Matta. Menurut dia, apa yang disampaikan Anis tak sejalan dengan apa yang ditunjukkannya untuk memperbaiki citra PKS pasca-penetapan Luthfi Hasan Ishaaq, Presiden PKS sebelumnya, sebagai tersangka dugaan suap impor daging sapi.

"Bagaimana orang berpidato begini, begitu, menyerukan tobat dan perbaiki diri, tapi jam tangan tetap saja R**ex. Padahal, jam tangan kan bisa biasa saja, banyak kok," kata Edi.

Edi menilai, PKS saat ini lebih didominasi faksi kesejahteraan yang menurutnya memiliki gaya hidup yang tidak sederhana. Padahal, sebagai partai Islam, ekspekstasi masyarakat akan sosok politisi yang sederhana, bersih, dan profesional sangat tinggi. Saat para politisi PKS tidak lagi menunjukkan hal itu, kata Edi, persepsi publik akan partai Islam akan semakin apatis.

"Vonis terhadap partai Islam itu akan lebih kejam karena masyarakat punya ekspektasi lebih pada partai keagaman di antara partai-partai lain yang menunjukkan kemewahan," katanya.

Berita terkait dapat diikuti dalam topik:
Skandal Suap Impor Daging Sapi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

    Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

    Nasional
    Prabowo Akui Cita-Citanya Adalah Jadi Presiden: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

    Prabowo Akui Cita-Citanya Adalah Jadi Presiden: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

    Nasional
    Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

    Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

    Nasional
    Perayaan Tri Suci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

    Perayaan Tri Suci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

    Nasional
    Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

    Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

    Nasional
    SYL Berkali-kali 'Palak' Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

    SYL Berkali-kali "Palak" Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

    Nasional
    Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

    Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

    Nasional
    Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

    Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

    Nasional
    KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

    KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

    Nasional
    Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

    Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

    Nasional
    Waketum Golkar Ingin Tanya Airlangga Kenapa Bobby Akhirnya Masuk Gerindra

    Waketum Golkar Ingin Tanya Airlangga Kenapa Bobby Akhirnya Masuk Gerindra

    Nasional
    Bicara soal Rekonsiliasi, JK Sebut Tetap Ada yang Jadi Oposisi

    Bicara soal Rekonsiliasi, JK Sebut Tetap Ada yang Jadi Oposisi

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Jalan Berliku Anies Menuju Pilkada Jakarta | Mahfud soal Pentingnya Pemikiran Megawati

    [POPULER NASIONAL] Jalan Berliku Anies Menuju Pilkada Jakarta | Mahfud soal Pentingnya Pemikiran Megawati

    Nasional
    GASPOL! Hari Ini: Eks Ajudan Prabowo Siap Tempur di Jawa Tengah

    GASPOL! Hari Ini: Eks Ajudan Prabowo Siap Tempur di Jawa Tengah

    Nasional
    Mengintip Kecanggihan Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 yang Bersandar di Jakarta

    Mengintip Kecanggihan Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 yang Bersandar di Jakarta

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com