Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kena "Reshuffle"? PKS Beberkan Isi Kontrak Khusus

Kompas.com - 06/10/2011, 16:02 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Partai Keadilan Sejahtera akan membeberkan kontrak khusus dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada publik jika ada kadernya di Kabinet Indonesia Bersatu II terkena reshuffle.

"Isi kontraknya, kalau ada reshuffle, akan kita buka," kata Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta di Kompleks DPR, Kamis (6/10/2011).

Di kabinet, PKS memiliki empat menteri, yakni Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, Menteri Pertanian Suswono, Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufri, dan Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata.

Anis mengatakan, hanya PKS yang memiliki kontrak khusus dengan Presiden di luar kontrak koalisi. Oleh kerena itu, PKS optimistis jika tidak ada kadernya yang dilengserkan. Namun, jika Presiden bersikap lain, PKS siap berada di luar koalisi. "Bagi PKS, di luar (koalisi) atau di dalam sama saja. Kita punya pengalaman dua-duanya," ucap dia.

Anis menyarankan, Presiden memikirkan ulang untuk melakukan reshuffle kabinet. Menurut dia, reshuffle tidak akan efektif untuk memperbaiki kinerja pemerintah. "Setiap menteri kerja tidak tenang. Tiap hari diganggu isu reshuffle. Reshuffle hanya menciptakan gaduh, pada akhirnya kasihan Presiden juga. Ketika ada isu reshuffle, yang mau diganti lakukan manuver. Yang merasa mau masuk (kabinet) melakukan manuver. Walhasil yang kita lihat daftar nama. Habis itu Presiden bantah lagi daftar itu bukan dari saya," tuturnya.

Anis menambahkan, seharusnya menteri yang dipilih Presiden berkualitas. Pasalnya, banyak ujian yang harus dilalui calon menteri. "Presiden ini satu-satunya Presiden yang paling banyak melakukan fit and proper test untuk mengangkat menteri. Abis itu menteri tanda tangan fakta integritas. Tapi, ini Presiden yang paling banyak melakukan reshuffle," ujarnya.

"Padahal, kalau misalnya metode pemilihannya tepat, seharusnya output-nya bagus. Ini udah seleksinya ketat, output-nya juga diganti-ganti terus. Jadi, ini salah pilih atau salah urus?" kata Wakil Ketua DPR itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Usut Dugaan Pengadaan Barang dan Jasa Fiktif di PT Telkom Group, Kerugian Capai Ratusan Miliar

KPK Usut Dugaan Pengadaan Barang dan Jasa Fiktif di PT Telkom Group, Kerugian Capai Ratusan Miliar

Nasional
Anggota DPR Sebut Pembubaran People’s Water Forum Coreng Demokrasi Indonesia

Anggota DPR Sebut Pembubaran People’s Water Forum Coreng Demokrasi Indonesia

Nasional
Namanya Disebut Masuk Bursa Pansel Capim KPK, Kepala BPKP: Tunggu SK, Baru Calon

Namanya Disebut Masuk Bursa Pansel Capim KPK, Kepala BPKP: Tunggu SK, Baru Calon

Nasional
Tutup Forum Parlemen WWF, Puan Tekankan Pentingnya Ketahanan Air

Tutup Forum Parlemen WWF, Puan Tekankan Pentingnya Ketahanan Air

Nasional
Singgung Kenaikan Tukin, Jokowi Minta BPKP Bekerja Lebih Baik

Singgung Kenaikan Tukin, Jokowi Minta BPKP Bekerja Lebih Baik

Nasional
Kembangkan Energi Terbarukan di RI dan Internasional, Pertamina NRE Gandeng Masdar

Kembangkan Energi Terbarukan di RI dan Internasional, Pertamina NRE Gandeng Masdar

Nasional
MK Tolak Gugatan PPP soal Perpindahan 21.000 Suara ke Partai Garuda di 4 Dapil

MK Tolak Gugatan PPP soal Perpindahan 21.000 Suara ke Partai Garuda di 4 Dapil

Nasional
Paparkan Hasil Forum Parlemen WWF, Puan Sebut Isu Air Akan Jadi Agenda Prioritas

Paparkan Hasil Forum Parlemen WWF, Puan Sebut Isu Air Akan Jadi Agenda Prioritas

Nasional
MK Tolak Gugatan PPP Terkait Hasil Pileg Dapil Jabar

MK Tolak Gugatan PPP Terkait Hasil Pileg Dapil Jabar

Nasional
Sidang Asusila Ketua KPU, Anggota Komnas HAM dan Perempuan Jadi Ahli

Sidang Asusila Ketua KPU, Anggota Komnas HAM dan Perempuan Jadi Ahli

Nasional
Belanja Negara Makin Besar, Jokowi Minta BPKP Inovasi Gunakan Teknologi Digital

Belanja Negara Makin Besar, Jokowi Minta BPKP Inovasi Gunakan Teknologi Digital

Nasional
Pegawai Protokol Kementan hingga Pihak Swasta Jadi Saksi Sidang Kasus Korupsi SYL

Pegawai Protokol Kementan hingga Pihak Swasta Jadi Saksi Sidang Kasus Korupsi SYL

Nasional
Ketua KPK Ogah Tanggapi Masalah Ghufron Laporkan Dewas ke Bareskrim

Ketua KPK Ogah Tanggapi Masalah Ghufron Laporkan Dewas ke Bareskrim

Nasional
KPU Sebut Upaya PPP Tembus Parlemen Kandas Sebab Gugatan Banyak Ditolak MK

KPU Sebut Upaya PPP Tembus Parlemen Kandas Sebab Gugatan Banyak Ditolak MK

Nasional
Dugaan Rayu PPLN, Ketua KPU Hadiri Sidang DKPP Bareng Korban

Dugaan Rayu PPLN, Ketua KPU Hadiri Sidang DKPP Bareng Korban

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com