JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat teroris, Mardigu Wowieq Prasantyo, berpendapat, pemerintah perlu menyediakan rumah tahanan khusus bagi kelompok teroris. Mereka harus terpisah dengan pelaku tindak kejahatan lainnya.
"Di penjara ini ada masalah karena kan tidak terpisah antara extra ordinary crime dan yang non," katanya dalam diskusi Teroris Juga Punya Cinta, Minggu (26/9/2010) di The Bondies, Jakarta.
Menurut Mardigu, para teroris harus dipenjara terpisah dengan pelaku kejahatan lain agar mereka tidak melakukan perekrutan anggota dalam penjara. Biasanya, penjara menjadi tempat kaderisasi kelompok teroris.
"Di penjara mereka perekrutan, dapat alumni STPDN, wakil camat, kurir ganja. Kalau mereka tidak punya penjara sendiri, jadi kaderisasi buat mereka," ujarnya.
Menurut Mardigu, penjara bagi anggota teroris pun harus memiliki sarana bagi teroris untuk terbuka dan berbagi sehingga mampu menyentuh sisi kemanusiaan para teroris. Ideologi mereka, kata Mardigu, dapat diubah dengan pendekatan kasih sayang.
"Mereka juga merindukan cinta dan sebagianya. Pendekatan kata hati lebih berhasil karena dari sisi kemanusiaan mereka tidak siap," tuturnya. "Sebenarnya mereka punya akhlak yang bagus, santun sekali, tapi ideologi tetap ideologi," tambah Mardigu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.