Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Edan, Mentok Rimba Cuma Tinggal 75 Ekor!

Kompas.com - 23/04/2010, 10:38 WIB

LAMPUNG, KOMPAS.com - Populasi bebek hutan (cairina scutulata) di Taman Nasional Way Kambas atau TNWK, Lampung Timur, terancam punah, akibat semakin menyempitnya lokasi habitat satwa dilindungi itu.

"Berdasarkan data terakhir tahun 2001, jumlah bebek hutan di seluruh kawasan TNWK yang terpantau hanya 75 ekor. Jumlah satwa itu kini semakin berkurang," kata Kepala Bidang Konservasi Jenis TNWK, Dicky Tri Sutanto, di Balai TNWK, Lampung Timur, Jumat (23/4/2010).

Menurutnya, satwa bebek hutan atau masyarakat menyebut mentok rimba itu kini dalam status "terancam punah" sebab keberadaanya semakin sulit ditemui.

"Baru-baru ini kami bersama tim melakukan monitoring di seluruh kawasan TNWK. Namun, jumlah bebek hutan yang berhasil ditemui hanya sembilan ekor," ujarnya.

Dia menjelaskan, sebenarnya populasi bebek hutan salah satunya di TNWK Lampung Timur merupakan populasi terbesar di dunia, dengan jumlah keseluruhan mencapai 200-an ekor.

"Jika tidak segera ditangani serius, bisa jadi generasi ke depan tidak lagi bisa menemui bebek hutan yang termasuk unggas langka itu," paparnya.

Dia menambahkan, kelompok peduli bebek hutan yang tergabung dalam "Kelompok Sahabat Burung Way Kambas", tahun 2010 telah melakukan empat kali monitoring populasi dan ancaman terbesar satwa itu, yakni adanya aktivitas ilegal seperti perburuan burung dan pemancingan serta kerusakan habitat akibat kebakaran hutan.

"Lokasi rawa yang biasa menjadi habitat bebek hutan itu kini juga semakin menyempit, sehingga satwa itu terkadang ke luar kawasan hingga ke lahan pertanian, yang pada akhirnya ditangkap masyarakat sekitar," ungkapnya.

Manajer Lembaga Swadaya Masyarakat Wildlife Conservation Society (LSM WCS) Doni Gunariadi, yang saat dimintai konfirmasi berada di Bogor, membenarkan, populasi bebek hutan di TNWK Lampung Timur saat ini jumlahnya tidak lebih dari ratusan ekor, padahal sejak 1985 saat pusat latihan gajah (PLG) TNWK diresmikan, jumlahnya bisa mencapai ribuan ekor.

Dia menjelaskan, bebek hutan itu merupakan hewan yang sangat dilindungi, sebab keberadaanya semakin langka dan tidak lagi mudah ditemui. Biasanya ketika survei hewan tersebut bisa ditemui secara berkelompok sekitar 50-100 ekor dalam satu lokasi rawa.

Namun, ketika survei yang dilakukan bersama tiga peneliti dari Amerika serikat tahun 2009 lalu, hanya bisa mendapati tiga ekor dalam satu lokasi rawa.

"Jumlah bebek hutan dalam satu kelompok saja sudah berkurang, apalagi ditambah habitat berawa yang juga berkurang," ujarnya.

Dia berharap kepada berbagai pihak, agar peduli dengan satwa bebek hutan tersebut, dengan tidak melakukan perburuan liar serta menjaga habitat aslinya. Sehingga, satwa langka yang menjadi kebanggan masyarakat Lampung itu bisa diwariskan ke generasi selanjutnya.

Populasi bebek hutan paling banyak bisa ditemui di TNWK Lampung Timur terutama di lokasi Way Gajah saat musim kemarau, sebab pada musim itu air rawa menyempit dan bebek rawa mudah berkumpul dalam satu lokasi.

Selain itu, saat awal musim penghujan biasa memasuki musim kawin dan pada pertengahan musim itu adalah masa bertelur bagi induk betina. Sehingga pada bulan sekitar Maret sampai April, telur bebek hutan bisa menetas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sengketa Pileg, PPP Klaim Ribuan Suara Pindah ke Partai Garuda di Dapil Sumut I-III

Sengketa Pileg, PPP Klaim Ribuan Suara Pindah ke Partai Garuda di Dapil Sumut I-III

Nasional
Temui KSAD, Ketua MPR Dorong Kebutuhan Alutsista TNI AD Terpenuhi Tahun Ini

Temui KSAD, Ketua MPR Dorong Kebutuhan Alutsista TNI AD Terpenuhi Tahun Ini

Nasional
Jokowi Resmikan Bendungan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat, Total Anggaran Rp 1,4 Triliun

Jokowi Resmikan Bendungan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat, Total Anggaran Rp 1,4 Triliun

Nasional
Meneropong Kabinet Prabowo-Gibran, Menteri 'Triumvirat' dan Keuangan Diprediksi Tak Diisi Politisi

Meneropong Kabinet Prabowo-Gibran, Menteri "Triumvirat" dan Keuangan Diprediksi Tak Diisi Politisi

Nasional
Dewas KPK Gelar Sidang Perdana Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron Hari Ini

Dewas KPK Gelar Sidang Perdana Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron Hari Ini

Nasional
Jokowi Resmikan 40 Kilometer Jalan Inpres Senilai Rp 211 Miliar di NTB

Jokowi Resmikan 40 Kilometer Jalan Inpres Senilai Rp 211 Miliar di NTB

Nasional
Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Nasional
Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal 'Food Estate'

Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal "Food Estate"

Nasional
Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Nasional
Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com