Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Penyebaran Radikalisme yang Tak Kasatmata

Kompas.com - 10/07/2017, 17:56 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Inisiator Forum Bela Negara Alumni Universitas Indonesia (BARA UI) Eri Sofyan menyebut ancaman penyebaran ideologi radikalisme bergerak melalui dua cara, yaitu metode kekuatan keras (hard power) serta metode kekuatan lunak (soft power).

Metode hard power adalah metode yang terlihat atau kasatmata. Sebaliknya, metode soft power, hampir tidak terlihat atau tak kasatmata.

Metode hard power muncul dalam bentuk kekerasan di jalanan termasuk dalam gerakan-gerakan kelompok penekan seperti demonstrasi, teror, premanisme, dan sejenisnya.

"Penggunaan hard power muncul dalam gerakan-gerakan kelompok teroris seperti di Sulawesi Tenggara, Solo, di perbatasan, dan sebagainya. Begitu juga terlihat pada bom biasa atau bom bunuh diri yang meledak baik dalam skala besar seperti bom Bali atau dalam skala kecil seperti bom molotov dan bom panci," kata Eri dalam sambutan deklarasi BARA UI, di Gedung Rektorat UI Kampus Salemba, Jakarta, Senin (10/7/2017).

Menurut Eri, metode hard power relatif lebih mudah diatasi oleh Polisi khususnya Densus 88 Antiteror, TNI, dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Justru yang harus menjadi perhatian masyarakat yaitu metode soft power.

(Baca: Mendes: Kalau Ada Radikalisme di Desa, Segera Lapor Pihak Berwajib)

Eri menyebut cara itu dilakukan dengan strategi pencucian otak (brainwashing strategy). Dia menambahkan, yang mengkhawatirkan ternyata strategi ini tidak hanya berhasil dilakukan pada sasaran akar rumput (grass root), melainkan juga pada target dengan tingkat pendidikan lebih tinggi.

"Beberapa penelitian misalnya yang dilakukan oleh LIPI malahan menyatakan bahwa perguruan tinggi dan siswa SMA telah terpapar kaum radikalisme. Ini tentu sangat memanaskan telinga terutama bagi kita yang ada di dalam lingkungan kampus," kata dia.

Yang lebih menyedihkan lagi, kata dia, melihat pemberitaan di berbagai media, paham-paham kelompok radikal dan intoleran juga mulai ditanamkan di usia dini (PAUD).

Eri pun mengajak masyarakat agar tetap waspada. Sebab, apabila paham-paham tersebut terinternalisasi di benak anak-anak, maka 10-15 tahun lagi Indonesia akan sulit menemukan generasi penerus yang berjiwa Pancasila, NKRI, UUD 45, dan Bhineka Tunggal Ika.

Kompas TV Deteksi Dini Ancaman Serangan Teror dan Radikalisme (Bag 2)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com