Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viralnya Tagar "Saya Indonesia, Saya Pancasila" Jadi Bagian Keteladanan

Kompas.com - 04/07/2017, 08:39 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tagar berbunyi "Saya Indonesia, Saya Pancasila" sempat meramaikan dunia maya pada momentum Hari Kesaktian Pancasila beberapa waktu lalu. Viralnya tagar tersebut diawali dari video Presiden Joko Widodo tentang Pancasila.

Sederhana. Namun, tagar terkait Pancasila yang viral tersebut menjadi salah satu contoh dari cerminan keteladanan dalam berpancasila.

Bagaimana menjadikan Pancasila tak sekadar menjadi dasar negara namun sesuatu yang lebih luas, yakni way of life atau pandangan hidup.

"Saya lihat bagaimana Jokowi kampanye 'Saya Indonesia, Saya Pancasila', ini bagian dari itu. Jadi kita selesai lah, ideologi-ideologi lain kita sisihkan, kita tetapkan Pancasila sebagai bagian hidup kita," tutur Direktur Eksekutif Maarif Institute, Muhammad Abdullah Darraz dalam diskusi "Satu Meja" di Kompas TV yang bertajuk Fitrah, Toleransi dan Kebhinekaan, Senin (3/7/2017) malam.

(Baca: Pancasila Bukan Sekadar Simbol)

Direktur Eksekutif Setara Institute, Ismail Hasani dalam kesempatan yang sama menyampaikan, hal yang disampaikan Presiden tersebut merupakan keteladanan. Keteladanan merupakan hal yang masih belum tercipta dalam cara hidup berpancasila.

Negara, kata dia, seringkali juga masih bingung dalam mendorong kehidupan berpancasila tersebut.

Ia mencontohkan,kehidupan berpancasila yang sangat sederhana adalah membuang sampah pada tempatnya. Namun, hal itu pun masih gagal dijalankan Pemerintah.

(Baca: Jika Khilafah Berdiri, Apakah Pancasila Tetap Ada?)

Secara luas, Ismail menuturkan, kerap kali anggaran dikembalikan ke kas negara karena Pemerintah pun tak tahu bagaimana membangun karakter bangsa dan mendorong kehidupan berpancasila tersebut.

"Oleh karena itu, tantangan ke depan adalah kita harus mencari pola pendidikan Pancasila yang riang gembira bagi warga negara. Sehingga dia tumbuh berkembang dalam imajinasi kebudayaan anak bangs," tutur Ismail.

"Tanpa itu, Pancasila hanya akan menjadi jargon," sambungnya.

Kompas TV Saya Indonesia Saya Pancasila - Berkas Kompas
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com