Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politisi PDI-P: Gatot Nurmantyo Enggak Usah "Genit" Berpolitik

Kompas.com - 24/05/2017, 17:38 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi III asal Fraksi PDI Perjuangan Masinton Pasaribu mengkritik Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang membacakan sebuah puisi yang menggambarkan keprihatinan atas situasi negara.

Masinton mengingatkan Gatot fokus melakukan tugasnya terkait fungsi pertahanan negara.

"Sudahlah, fokus saja kepada tupoksi sebagai alat pertahanan. Enggak usah berpolitik. (Gatot) Enggak usah genit-genit dalam berpolitik," ujar Masinton, seusai menjadi pembicara dalam sebuah diskusi di Jakarta Selatan, Rabu (24/5/2017).

Ia mengatakan, apa yang dilakukan Gatot tak akan dipermasalahkan jika ia sudah pensiun.

"Setelah Beliau pensiun nanti, itu hak beliau sebagai warga negara. Mau nyalon jadi apapun, terserah dia, itu monggo. Tapi sekarang kan posisi masih Panglima TNI. Jadi enggak usah cawe- cawe deh," ujar Masinton.

Masinton mengatakan, akan menjadi preseden buruk jika ada anggota militer aktif yang melakukan manuver politik.

Baca: Saat Panglima TNI Membacakan Puisi di Rapimnas Golkar...

"Pesan saya, jangan mengulangi masa orde baru," ujar Masinton.

Baca puisi Denny JA

Pada Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar di Balikpapan, Senin (22/5/2017) lalu, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo membacakan sebuah puisi berjudul 'Tapi Bukan Kami Punya' karya Denny JA.

Berikut sedikit penggalan puisi yang dibacakan Gatot tersebut:

"Sungguh Jaka tak mengerti, mengapa ia dipanggil ke sini. Dilihatnya Garuda Pancasila, tertempel di dinding dengan gagah. Dari mata burung Garuda, ia melihat dirinya. Dari dada burung Garuda, ia melihat desa. Dari kaki burung Garuda, ia melihat kota Dari kepala burung Garuda, ia melihat Indonesia."

"Lihatlah hidup di desa, sangat subur tanahnya. Sangat luas sawahnya, tapi bukan kami punya. Lihat padi menguning, menghiasi bumi sekeliling. Desa yang kaya raya, tapi bukan kami punya. Lihatlah hidup di kota, pasar swalayan tertata. Ramai pasarnya, tapi bukan kami punya. Lihatlah aneka barang, dijual belikan orang. Oh makmurnya, tapi bukan kami punya."

Baca: Disebut Akbar Tandjung Cocok Jadi Cawapres, Ini Kata Panglima TNI

Gatot mengatakan, ancaman yang sangat nyata dari puisi yang dibacakannya adalah ancaman migrasi penduduk yang sudah terjadi di sejumlah negara.

"Saya ingatkan bahwa sekarang ini yang paling berbahaya adalah migrasi. Migrasi itu bukan pengungsian," ujar Gatot, di kantor Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM), Kementerian Dalam Negeri, Jalan Taman Makam Pahlawan Nomor 8, Jakarta Selatan, Rabu (24/5/2017).

Ia mengatakan, manusia tidak mengenal batas, selalu mencari tempat yang lebih baik, lebih menjanjikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Nasional
Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Nasional
“Oposisi” Masyarakat Sipil

“Oposisi” Masyarakat Sipil

Nasional
Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Nasional
Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com