Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kasus Penyerangan Terhadap Novel Lama Terungkap?

Kompas.com - 22/05/2017, 15:40 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Praktisi hukum Saor Siagian mempertanyakan keseriusan pihak kepolisian dalam mengungkap kasus penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. Sudah lebih dari empat puluh hari paska-penyerangan, namun pelakunya tak kunjung ditemukan.

"Teroris yang belum ngebom saja, mereka bisa cegah kok. Kasus yang lebih sederhana ini kok malah informasi yang diberikan ke publik kayak main-main. Saya melihat jangan-jangan polisi juga sudah disusupi koruptor E-KTP. Ini kita harus wanti-wanti," kata Saor dalam sebuah diskusi di kantor KontraS, Jakarta, Senin (22/5/2017).

Saor menilai lucu, peristiwa yang belakangan terjadi terkait kasus penyerangan terhadap Novel.

"Saya menghargai Tito (Kapolri) secara pribadi, sekali pun faktanya adalah apa yang dinyatakan ke publik itu sangat konyol, sangat memalukan. Setidaknya ada empat kali mereka merilis progres, yang kalau bahasa saya itu semacam pembohongan kepada masyarakat," tutur Saor.

 

(Baca: 35 Hari Mencari Penyiram Air Keras Novel Baswedan)

Pihak kepolisian telah memeriksa empat orang yang diduga pelaku penyerangan terhadap Novel. Keempat orang tersebut yaitu Hasan, Muklis, AL dan Miko. Namun, keempat orang tersebut akhirnya dilepas karena tidak ditemukan bukti penyerangan.

"Saya kok melihat Tito ini dibohongi sama yang dipercaya menangani kasus ini. Bahkan saya melihat perampok E-KTP nampaknya menggunakan momentum ini, bahkan menggunakan polisi," kata Saor.

"Malah saya lihat ada upaya perlawanan yang sangat sistematis dan sangat strategis terhadap upaya yang dilakukan KPK untuk membongkar kejahatan mega-korupsi E-KTP," imbuh dia.

 

(Baca: Titik Terang Kasus Novel Meredup untuk Ketiga Kalinya...)

Dalam diskusi tersebut, Saor juga menyampaikan perkembangan kesehatan Novel paska-operasi, kemarin.

"Saya dapat informasi dari keluarganya. Saya bacakan: Pagi bang. Kondisi terakhir, mata belum bisa melihat paska-operasi, kecuali kanan saja. Itu pun juga samar. Tetapi kata dokter enggak apa-apa karena memang baru ditutup lapisan membran," kata Saor membacakan pesan di gawainya.

"Paling tidak satu-dua minggu ke depan baru bisa lihat hasil operasi kemarin," ucap Saor.

Kompas TV Kondisi Membaik, Namun Mata Kiri Novel Masih Parah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Hari Pendidikan Nasional, Serikat Guru Soroti Kekerasan di Ponpes

Hari Pendidikan Nasional, Serikat Guru Soroti Kekerasan di Ponpes

Nasional
Bukan Staf Ahli, Andi Gani Ditunjuk Jadi Penasehat Kapolri Bidang Ketenagakerjaan

Bukan Staf Ahli, Andi Gani Ditunjuk Jadi Penasehat Kapolri Bidang Ketenagakerjaan

Nasional
Anies Belum Daftar ke PKB untuk Diusung dalam Pilkada DKI 2024

Anies Belum Daftar ke PKB untuk Diusung dalam Pilkada DKI 2024

Nasional
PAN Persoalkan Selisih 2 Suara Tapi Minta PSU di 5 TPS, Hakim MK: Mungkin Enggak Setengah Suara?

PAN Persoalkan Selisih 2 Suara Tapi Minta PSU di 5 TPS, Hakim MK: Mungkin Enggak Setengah Suara?

Nasional
Kuasa Hukum KPU Belum Paham Isi Gugatan PDI-P di PTUN

Kuasa Hukum KPU Belum Paham Isi Gugatan PDI-P di PTUN

Nasional
KPK Sita Pabrik Kelapa Sawit Bupati Nonaktif Labuhan Batu, Nilainya Rp 15 M

KPK Sita Pabrik Kelapa Sawit Bupati Nonaktif Labuhan Batu, Nilainya Rp 15 M

Nasional
Sidang Praperadilan Tersangka TPPU Panji Gumilang Berlanjut Pekan Depan, Vonis Dibacakan 14 Mei

Sidang Praperadilan Tersangka TPPU Panji Gumilang Berlanjut Pekan Depan, Vonis Dibacakan 14 Mei

Nasional
Hukuman Yusrizki Muliawan di Kasus Korupsi BTS 4G Diperberat Jadi 4 Tahun Penjara

Hukuman Yusrizki Muliawan di Kasus Korupsi BTS 4G Diperberat Jadi 4 Tahun Penjara

Nasional
Airin dan Ahmed Zaki Dekati PKB untuk Pilkada 2024

Airin dan Ahmed Zaki Dekati PKB untuk Pilkada 2024

Nasional
Anggota DPR Diduga Terima THR dari Kementan, KPK: Bisa Suap, Bisa Gratifikasi

Anggota DPR Diduga Terima THR dari Kementan, KPK: Bisa Suap, Bisa Gratifikasi

Nasional
Mendagri Serahkan Data Pemilih Potensial Pilkada 2024, Jumlahnya 207,1 Juta

Mendagri Serahkan Data Pemilih Potensial Pilkada 2024, Jumlahnya 207,1 Juta

Nasional
Hardiknas 2024, Fahira Idris: Perlu Lompatan Peningkatan Kualitas Pengajaran hingga Pemerataan Akses Pendidikan

Hardiknas 2024, Fahira Idris: Perlu Lompatan Peningkatan Kualitas Pengajaran hingga Pemerataan Akses Pendidikan

Nasional
Sadar PTUN Tak Bisa Batalkan Putusan MK, PDI-P: Tapi MPR Punya Sikap untuk Tidak Melantik Prabowo

Sadar PTUN Tak Bisa Batalkan Putusan MK, PDI-P: Tapi MPR Punya Sikap untuk Tidak Melantik Prabowo

Nasional
Surya Paloh Sungkan Minta Jatah Menteri meski Bersahabat dengan Prabowo

Surya Paloh Sungkan Minta Jatah Menteri meski Bersahabat dengan Prabowo

Nasional
Anies Respons Soal Ditawari Jadi Menteri di Kabinet Prabowo atau Tidak

Anies Respons Soal Ditawari Jadi Menteri di Kabinet Prabowo atau Tidak

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com