Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Drama Penyelamatan Nyawa di Ketinggian 11.887 Meter

Kompas.com - 17/10/2016, 18:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Pada Minggu 16 Oktober 2016, Kompas.com menurunkan berita dengan judul “Penumpang Meninggal di Pesawat, Pilot Garuda Diduga Salahi Prosedur”. Berita ini pun langsung mendapatkan penjelasan yang gamblang dari pihak Garuda.  

Bantahan tersebut dimuat pada hari yang sama oleh Kompas.com yang berisi antara lain sebagai berikut:

Garuda Indonesia membantah pilot dalam penerbangan bernomor GA 716 rute Jakarta - Melbourne pada Jumat (14/6/2016), menyalahi prosedur standar operasional (SOP) lantaran tidak melakukan pendaratan ke bandara terdekat ketika ada penumpangnya yang sakit.

Vice President Corporate Communications Garuda Indonesia Benny S Butarbutar mengatakan, menyelamatkan seseorang yang kritis merupakan tugas sekaligus panggilan bagi siapa pun, termasuk pilot.

"Tidak benar bahwa Garuda Indonesia mengabaikan pendaratan darurat untuk menyelamatkan penumpangnya yang sedang mengalami kondisi kritis di pesawat/dalam penerbangan Jakarta-Melbourne... namun karena kondisinya sudah sangat kritis dan berpulang dengan cepat," kata Benny melalui pesan tertulisnya, Minggu (16/10/2016).

Tanpa bermaksud untuk membenarkan atau lebih-lebih menyalahkan siapa pun, setelah membaca berita tersebut, hati saya terdorong untuk ingin sekadar berbagi sebuah kisah nyata yang pernah saya alami sendiri.  

Kebetulan pada tahun 2009 saya pernah melihat bagaimana drama penyelamatan nyawa seorang penumpang yang tengah berada dalam penerbangan antara Selandia Baru ke Jakarta. 

Pengalaman itu saya tulis dalam sebuah kisah pendek dan pernah saya turunkan pada tahun yang sama pada saat kejadian yaitu pada tahun 2009. Saya pikir mungkin ada baiknya saya turunkan kembali sebagai sebuah “True Story” yang mudah-mudahan ada manfaatnya bagi kita semua. Selamat membaca.

Lewat tengah malam tepat pukul 01.10 waktu setempat, saya on board pesawat B-777 dengan nomor penerbangan SQ 282 yang take off dari Jean Batten International Airport Auckland menuju Singapura.  

Semua berjalan lancar dan wajar saja dalam arti tidak ada keanehan sedikit pun sampai dengan pesawat menjelajah pada ketinggian 39.000 kaki atau 11.887 meter. Karena sedikit mengantuk, beberapa saat setelah take off itu saya pun sudah melonjorkan badan untuk segera tidur.

Sesudah terbang selama lebih kurang 7 jam, dan pesawat baru saja melintasi ujung utara pantai Benua Australia, terlihat seorang penumpang yang sangat gelisah dan mondar-mandir ke toilet. Ternyata, dia muntah-muntah dan kemudian juga buang air besar. Kembali ke kursinya, ia terlihat tetap gelisah dengan sebentar-sebentar berdiri untuk kemudian duduk kembali dengan wajah yang tidak tenang.  

Segera saja seorang awak kabin menghampirinya untuk coba membantu memperbaiki perasaan dan kondisi tubuhnya. Dia adalah seorang lelaki tengah baya yang sedang bepergian dengan isterinya, dari Auckland menuju ke Singapura dengan tujuan Frankfurt.  

Dari dua sampai tiga orang awak kabin yang berkomunikasi dengannya, terlihat ada kesulitan yang disebabkan yang bersangkutan hanya bisa berbahasa Jerman.

Tidak lama berselang, awak kabin mengumumkan kepada seluruh penumpang, apabila ada yang bisa berbahasa Jerman untuk dapat membantu awak kabin dalam menangani seorang penumpang yang tengah menghadapi masalah.  

Karena kemudian diperoleh penjelasan bahwa sang penumpang merasakan tidak enak di sekujur tubuhnya, serta merasa nyeri di bagian dada kiri dan leher serasa tercekik dengan disertai muntah-muntah, maka awak kabin sekali lagi mengumumkan kepada seluruh penumpang apakah ada yang berprofesi sebagai dokter untuk dapat membantu penumpang yang sakit ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gejala Korupsisme Masyarakat

Gejala Korupsisme Masyarakat

Nasional
KPU Tak Bawa Bukti Noken pada Sidang Sengketa Pileg, MK: Masak Tidak Bisa?

KPU Tak Bawa Bukti Noken pada Sidang Sengketa Pileg, MK: Masak Tidak Bisa?

Nasional
PDI-P Mundur Jadi Pihak Terkait Perkara Pileg yang Diajukan PPP di Sumatera Barat

PDI-P Mundur Jadi Pihak Terkait Perkara Pileg yang Diajukan PPP di Sumatera Barat

Nasional
Distribusikan Bantuan Korban Longsor di Luwu Sulsel, TNI AU Kerahkan Helikopter Caracal dan Kopasgat

Distribusikan Bantuan Korban Longsor di Luwu Sulsel, TNI AU Kerahkan Helikopter Caracal dan Kopasgat

Nasional
Hakim MK Cecar Bawaslu Terkait Kemiripan Tanda Tangan Pemilih

Hakim MK Cecar Bawaslu Terkait Kemiripan Tanda Tangan Pemilih

Nasional
Waketum Gerindra Nilai Eko Patrio Pantas Jadi Menteri Prabowo-Gibran

Waketum Gerindra Nilai Eko Patrio Pantas Jadi Menteri Prabowo-Gibran

Nasional
MKD Temukan 3 Kasus Pelat Nomor Dinas DPR Palsu, Akan Koordinasi dengan Polri

MKD Temukan 3 Kasus Pelat Nomor Dinas DPR Palsu, Akan Koordinasi dengan Polri

Nasional
Paradoks Sejarah Bengkulu

Paradoks Sejarah Bengkulu

Nasional
Menteri PPN: Hak Milik atas Tanah di IKN Diperbolehkan

Menteri PPN: Hak Milik atas Tanah di IKN Diperbolehkan

Nasional
Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700

Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700

Nasional
Kepala Bappenas: Progres Pembangunan IKN Tahap 1 Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas: Progres Pembangunan IKN Tahap 1 Capai 80,82 Persen

Nasional
Hakim MK Cecar KPU RI Soal Ubah Aturan Tenggat Waktu Rekapitulasi Suara Pileg

Hakim MK Cecar KPU RI Soal Ubah Aturan Tenggat Waktu Rekapitulasi Suara Pileg

Nasional
Pakar Hukum: PTUN Bisa Timbulkan Preseden Buruk jika Kabulkan Gugatan PDI-P

Pakar Hukum: PTUN Bisa Timbulkan Preseden Buruk jika Kabulkan Gugatan PDI-P

Nasional
Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih berkat Doa PKS Sahabat Kami

Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih berkat Doa PKS Sahabat Kami

Nasional
Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com