Tidak berapa lama, datang seorang dokter dan seorang perawat. Dokter ini sepertinya orang Timur Tengah, sementara perawat yang datang adalah perempuan berkulit putih berkebangsaan Selandia Baru.
Sang dokter, dibantu oleh penerjemah bahasa Jerman, seorang berkebangsaan Indonesia, perawat Selandia Baru, serta tiga awak kabin, langsung saja menjadi satu tim yang mencoba menangani penumpang yang sakit tersebut.
Rupanya, para awak kabin SQ benar-benar sangat cekatan dalam menangani masalah seperti ini. Sang awak kabin langsung menerangkan kepada dokter tersebut bahwa mereka mempunyai prosedur tetap yang harus dilakukan, yaitu segera menghubungi ground staff SQ medical center yang terdiri dari tim SOS, yang akan segera memberikan bantuan.
Sepertinya, mereka sangat well trained, terlihat kemudian salah seorang di antaranya langsung berhubungan dengan telepon ke kantor pusat SQ yang kemudian tersambung dengan tim dokter ahli dari SOS yang merupakan mitra kerja tetap pihak SQ dalam menangani masalah kesehatan penumpang di udara.
Berikutnya terlihat, bagaimana sang dokter, yang kemungkinan hanya dokter biasa, bertindak dengan penuh percaya diri melakukan perintah-perintah yang datang via telepon yang dihubungkan oleh para awak SQ tadi.
Sesekali terjadi dialog antara dokter di pesawat dengan tim dokter di bawah yang memberikan petunjuk-petunjuk tindakan yang harus diambil terhadap pasien. Di sisi lain, sang dokter pun melaporkan ke pihak SOS mengenai semua reaksi yang terjadi dari tindakan yang diambilnya.
Aktivitas ini dapat dengan mudah diikuti karena hubungan telepon di set dengan membunyikan speaker dari sambungan telepon tersebut.
Demikianlah kegiatan dari “Long Distance On The Air Medical Treatment” berlangsung di dalam pesawat. Terlihat kemudian beberapa awak kabin lainnya membantu dengan mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan oleh dokter dan perawat.
Ternyata di dalam pesawat SQ sudah tersedia dua boks palang merah yang masing-masing terdiri dari “first aid kit” dan satunya lagi adalah “doctors emergency kit”.
Peralatan terlihat sangat lengkap, dari jarum-jarum suntik dengan obat dalam ampul sampai dengan peralatan kompres serta alat infus tersedia dalam paket yang sudah siap pakai.
Sang dokter pun dapat dengan nyaman dan cepat mengerjakan instruksi-instruksi yang diberikan karena peralatan yang lengkap serta keterampilan awak kabin dalam mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
Saya baru sadar tentang gunanya sambungan telepon pesawat yang dibuat dalam mode “speaker”, sehingga perawat dan awak kabin dapat secara bersama dengan cepat mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan berkait dengan instruksi tim SOS dari bawah. Dokter tinggal mengerjakannya saja dan kemudian melaporkan respons pasiennya.
Kerja sama yang kompak dan perhatian semua penumpang yang sangat membantu dalam proses pengobatan jarak jauh ini terlihat sangat mengharukan.
Kita semua berhadapan dengan seorang yang kita tidak kenal yang tengah menghadapi sakaratul maut. Berbagai tindakan telah dilakukan, antara lain memberikan oksigen, beberapa obat dan juga kompres di dua tempat di tubuh sang pasien, tetapi kelihatannya tidak juga kunjung membaik.
Dokter mencoba untuk menenangkan pasien agar tidak panik, dan akhirnya si pasien mengatakan bahwa dirinya sudah tidak tahan lagi menahan sakit.