Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wiranto Sebut Penyelesaian Kasus HAM di Papua Terkendala Kurang Bukti dan Saksi

Kompas.com - 22/09/2016, 18:18 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengatakan bahwa upaya penyelesaian sejumlah kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Papua menemui beberapa kendala.

Menurut Wiranto, tim penyelidik dari Komnas HAM dan Kepolisian Daerah Papua mengalami kesulitan untuk menemukan alat bukti untuk menelusuri adanya dugaan pelanggaran HAM di beberapa kasus.

Selain itu, tim penyelidik juga kesulitan untuk mencari saksi beberapa kasus pelanggaran HAM karena rentang waktu kejadian yang sudah terlalu lama.

"Ada beberapa kendala yang kami hadapi seperti kekurangan bukti alat bukti," ujar Wiranto usai menggelar rapat koordinasi penyelesaian kasus pelanggaran HAM Papua di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Kamis (22/9/2016).

"Tadi saya juga melihat adanya beberapa kasus yang kekurangan saksi karena sudah terjadi bertahun-tahun yang lalu. Ini tentunya yang menghambat dalam proses penyelesaian," kata dia.

 

Meski mengalami kendala, Wiranto menuturkan, sudah ada kemajuan upaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM.

Dari 12 kasus pelanggaran HAM, sudah ada beberapa kasus yang dikategorikan sebagai pelanggaran HAM dan bukan pelanggaran HAM.

Untuk kasus yang diindikasikan sebagai kasus pelanggaran HAM seperti kekerasan di Wasior, Wamena dan penembakan di Paniai, proses penyelidikan sedang dilakukan oleh Komnas HAM.

"Progresnya sudah ada. Dari penyisiran sejumlah kasus dianggap pelanggaran HAM berat akan ditindaklanjuti dengan penyelidika kemudian hasilnya diserahkan ke Kejaksaan Agung untuk penyidikan," kata Wiranto.

(Baca juga: Penyelesaian Konflik Papua Masih Terkendala Minimnya Pengetahuan Aparat Birokrasi)

Ditemui secara terpisah, Ketua Komnas HAM Imdadun Rahmat mengatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan proses penyelidikan terhadap tiga kasus pelanggaran HAM, yakni kasus Wasior, Wamena dan penembakan di Paniai.

Imdadun mengakui bahwa pihaknya menemui beberapa kendala dalam melakukan penyelidikan, terutama untuk kasus penembakan di Paniai.

Salah satu kendalanya adalah penolakan dari pihak keluarga korban saat Komnas HAM ingin membongkar makam korban untuk menyelidiki penyebab kematian.

"Ada indikasi pelanggaran HAM. Tapi kami juga menemukan kendala, terutama untuk kasus Paniai," ujar Imdadun.

Selain Wiranto dan Imdadun, dalam rapat koordinasi tersebut hadir Kapolda Papua Paulus Waterpauw, sejumlah aktivis HAM papua, perwakilan dari Kejaksaan Agung, dan perwakilan Kementerian Luar Negeri.

(Baca juga: Upaya Pemerintah Selesaikan Konflik di Papua Dinilai Belum Sentuh Akar Masalah)

Kompas TV Bentrokan di Papua, 4 Orang Tewas
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ngabalin: Revisi UU Kementerian Negara untuk Kebutuhan Masyarakat, Paten Itu Barang...

Ngabalin: Revisi UU Kementerian Negara untuk Kebutuhan Masyarakat, Paten Itu Barang...

Nasional
Soal Revisi UU Kementerian Negara, Golkar: Baleg Mewakili Partai-partai

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Golkar: Baleg Mewakili Partai-partai

Nasional
Soal RUU Penyiaran, KIP: UU Pers Bilang Wartawan Tak Boleh Dihalangi

Soal RUU Penyiaran, KIP: UU Pers Bilang Wartawan Tak Boleh Dihalangi

Nasional
Temui Gubernur Jenderal Australia David Hurley, Prabowo Kenang Masa Jadi Kadet

Temui Gubernur Jenderal Australia David Hurley, Prabowo Kenang Masa Jadi Kadet

Nasional
Jemaah Haji Bersiap Menuju Makkah, Ketua PPIH Arab Saudi Pastikan Hak Jemaah Terpenuhi

Jemaah Haji Bersiap Menuju Makkah, Ketua PPIH Arab Saudi Pastikan Hak Jemaah Terpenuhi

Nasional
Soal RUU Penyiaran, Setara Institute: DPR dan Pemerintah Harus Perluas Partisipasi Publik

Soal RUU Penyiaran, Setara Institute: DPR dan Pemerintah Harus Perluas Partisipasi Publik

Nasional
PDI-P Bakal Jemput Bola Kader untuk Maju di Pilkada Sumut

PDI-P Bakal Jemput Bola Kader untuk Maju di Pilkada Sumut

Nasional
Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen TNI AD, Dian Andriani Harap Kowad Lain Menyusul

Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen TNI AD, Dian Andriani Harap Kowad Lain Menyusul

Nasional
Jokowi Bakal Tinjau Lokasi Banjir Lahar di Sumbar Pekan Depan

Jokowi Bakal Tinjau Lokasi Banjir Lahar di Sumbar Pekan Depan

Nasional
Nurul Ghufron Tak Hadir karena Belum Tuntas Siapkan Pembelaan, Dewas KPK Tunda Sidang Etik

Nurul Ghufron Tak Hadir karena Belum Tuntas Siapkan Pembelaan, Dewas KPK Tunda Sidang Etik

Nasional
PDI-P Tuding Jokowi Cawe-cawe Pilkada dengan Bansos Beras, Ngabalin: Segera Lah Move on

PDI-P Tuding Jokowi Cawe-cawe Pilkada dengan Bansos Beras, Ngabalin: Segera Lah Move on

Nasional
Soal Revisi UU Kementerian Negara, Ngabalin: Mudah-mudahan Cepat, Itu Arah Haluan Prabowo-Gibran

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Ngabalin: Mudah-mudahan Cepat, Itu Arah Haluan Prabowo-Gibran

Nasional
Risma Relokasi 2 Posko Pengungsian Banjir Lahar Dingin di Sumbar yang Berada di Zona Merah

Risma Relokasi 2 Posko Pengungsian Banjir Lahar Dingin di Sumbar yang Berada di Zona Merah

Nasional
Ahok Masuk Bursa Bacagub Sumut, PDI-P: Prosesnya Masih Panjang

Ahok Masuk Bursa Bacagub Sumut, PDI-P: Prosesnya Masih Panjang

Nasional
Bantah PDI-P soal Jokowi Menyibukkan Diri, Ali Ngabalin: Jadwal Padat, Jangan Gitu Cara Ngomongnya...

Bantah PDI-P soal Jokowi Menyibukkan Diri, Ali Ngabalin: Jadwal Padat, Jangan Gitu Cara Ngomongnya...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com