Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr M Subhan SD
Direktur PolEtik Strategic

Direktur PolEtik Strategic | Founder Mataangindonesia Social Initiative | msubhansd.com | mataanginsaguling.com

Presiden Jokowi dan Kabinet Gaduh

Kompas.com - 07/03/2016, 20:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnu Nugroho

Presiden Joko Widodo gerah juga. Pada gilirannya Jokowi pun marah. Karena, anak buahnya yaitu menteri-menteri ada yang suka bikin gaduh. Mereka beda pandangan, saling sindir,  berselisih, dan perang di media (media massa maupun media sosial).

Menurut Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi SP, Rabu (2/3) lalu, Presiden marah dengan situasi yang semakin meruncing hingga berpotensi menghambat kinerja kabinet.


Kelihatan sekali sesama kolega di Kabinet Kerja pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla tidak kompak. Ada menteri koordinator (menko) ribut dengan menteri. Sampai-sampai Presiden Jokowi mengulang-ulang bahwa fungsi eksekusi ada di menteri, sedangkan tugas menko adalah koordinasi dan supervisi.  Kekompakan menjadi syarat utama bekerjanya sebuah  kabinet yang solid untuk mewujukan program kerja pemerintahan Jokowi-JK.

Apalagi sekarang ini pemerintah berkejaran dengan waktu cepat dan kerja ekstra karena sudah banyak waktu terbuang setelah sejak reformasi negara ini dikelola dengan cara biasa saja. Akibatnya banyak infrastruktur yang belum dibangun atau terbengkelai. Selama ini, prioritas terlalu banyak di suprastruktur politik. 

Sejak dilantik Oktober 2014, Jokowi bergegas untuk menggarap berbagai proyek di daerah-daerah untuk membuka sumbatan ekonomi. Dengan begitu, pembangunan di daerah-daerah akan lebih cepat tumbuh, sehingga pemeratan pembangunan akan cepat terwujud.

Jika periode jabatan (2014-2019) ini tidak dimaksimalkan, maka Jokowi dan timnya akan membuang-buang waktu saja. Inilah yang tidak diinginkan Jokowi, sehingga hampir setiap saat selalu turun ke lapangan.

Sayangnya, rintangan-rintangan justru terjadi di kabinet. Ruang inti di mana presiden dan para pembantunya merencanakan, membahas, mengoordinasi berbagai program pembangunan negeri ini.

Beberapa proyek strategis yang menjadi silang pendapat dan menimbulkan kegaduhan antara lain pengolahan gas Blok Masela di Maluku, pembangunan pembangkit listrik 35.000 megawatt, kebijakan impor beras, kereta cepat Jakarta-Bandung. 

Perseteruan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli dan Menteri Enegeri dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said beberapa kali terjadi. Bahkan tiada lagi malu-malu pada publik. Berulang kali mereka saling sindir terbuka di depan publik. Dalam kasus Blok Masela, Sudirman ingin off-shore tetapi Rizal maunya on-shore.  Dalam kasus "papa minta saham" PT Freeport Indonesia, keduanya juga sempat gaduh. 

Rizal termasuk menteri yang sering bersilang pendapat. Ia memang dikenal kritis dan bicara ceplas-ceplos. Bahkan, saat sudah duduk di kabinet Pemerintahan Presiden Jokowi pun, perilakunya tak berubah. 

Ia pernah pula berselisih dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno soal rencana pembelian pesawat Airbus A350 oleh Garuda, sekitar pertengahan 2015, tak lama setelah Rizal diangkat menggantikan Indroyono Soesilo.

Bahkan sempat menantang  Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk berdebat soal proyek listrik 35.000 megawatt. Sepak terjang Rizal terkenal dengan jurus rajawali ngepret. Masih ingat ya? Indonesia, demikian alasan Rizal, perlu pendekatan out of the box agar terjadi perubahan.

"Itulah kenapa kita pakai jurus rajawali ngepret," katanya pada September 2015. BUMN seperti Garuda, Pelindo II, PLN pernah mendapat jurus kepretan tersebut. 

Jurus kepretan barangkali menjadi puncak polemik dan perselisihan di dalam kabinet. Soal yang kecil-kecil seperti sindiran juga muncul di antara menteri.

Contohnya ketika Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Marwan Jafar menuding Garuda karena pelayanannya buruk  -- setelah mendapat ganti pesawat yang kemudian delay akibat menteri yang datang telat -- lalu ditanggapi dengan sindiran cuitan "ada pejabat yang masih minta dilayani" oleh Sekretaris Kabinet Pramono Anung. 

Dalam pandangan positif, barangkali itulah dinamika dalam iklim demokrasi. Namun demikian, perbedaan pandangan di kabinet tersebut bisa berdampak buruk karena dianggap tidak solid sehingga kerap membuat bingung berbagai pihak termasuk para investor.

Dalam pandangan negatif, Presiden Jokowi dianggap tidak mampu mengendalikan anak buahnya. 

Mungkinkah ini termasuk bagian antagonisme politik seperti dikemukakan ahli sosiologi politik dari Perancis Maurice Duverger? Antagonisme politik memunculkan suatu pergulatan politik, ada semacam struggle for life. Barangkali ada semacam rebutan kuasa di ruang publik, munculnya superioritas-superioritas, sekaligus juga ada penolakan superioritas. 

Lalu apakah Presiden Jokowi masih superior di dalam kabinet? Seperti gayanya selama ini, Jokowi bisa dianggap kurang tegas dalam memimpin kabinet. Namun, pada gilirannya Jokowi  memperlihatkan ketegasannya dalam mengendalikan kabinet ketika mulai terdengar nada-nada di kabinet semakin sumbang. 

Sebagaimana disampaikan Duverger, antagonisme mesti dihilangkan atau setidak-tidaknya dikurangi agar tercapai integrasi sosial, maka soliditas kabinet tentu mesti dijaga. Jika terlalu lama, kegaduhan tidak lagi menjadi dinamika konstruktif, melainkan mungkin justru menjadi tidak produktif.


Bintaro, 7 Maret 2016

Salam,
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Tanam Pohon di Bogor

Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Tanam Pohon di Bogor

Nasional
Pernyataan Kemendikbud soal Pendidikan Tinggi Sifatnya Tersier Dinilai Tak Jawab Persoalan UKT Mahal

Pernyataan Kemendikbud soal Pendidikan Tinggi Sifatnya Tersier Dinilai Tak Jawab Persoalan UKT Mahal

Nasional
PKS Usul Proporsional Tertutup Dipertimbangkan Diterapkan Lagi dalam Pemilu

PKS Usul Proporsional Tertutup Dipertimbangkan Diterapkan Lagi dalam Pemilu

Nasional
Jokowi Terima Kunjungan Kenegaraan Gubernur Jenderal Australia David Hurley

Jokowi Terima Kunjungan Kenegaraan Gubernur Jenderal Australia David Hurley

Nasional
Polri Tangkap 3 Tersangka 'Ilegal Fishing' Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster

Polri Tangkap 3 Tersangka "Ilegal Fishing" Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster

Nasional
PDI-P Anggap Pernyataan KPU soal Caleg Terpilih Maju Pilkada Harus Mundur Membingungkan

PDI-P Anggap Pernyataan KPU soal Caleg Terpilih Maju Pilkada Harus Mundur Membingungkan

Nasional
Kesaksian JK dalam Sidang Karen Agustiawan yang Bikin Hadirin Tepuk Tangan...

Kesaksian JK dalam Sidang Karen Agustiawan yang Bikin Hadirin Tepuk Tangan...

Nasional
DPR Tunggu Surpres Sebelum Bahas RUU Kementerian Negara dengan Pemerintah

DPR Tunggu Surpres Sebelum Bahas RUU Kementerian Negara dengan Pemerintah

Nasional
Nurul Ghufron Akan Bela Diri di Sidang Etik Dewas KPK Hari Ini

Nurul Ghufron Akan Bela Diri di Sidang Etik Dewas KPK Hari Ini

Nasional
Prabowo Nilai Gaya Militeristik Tak Relevan Lagi, PDI-P: Apa Mudah Seseorang Berubah Karakter?

Prabowo Nilai Gaya Militeristik Tak Relevan Lagi, PDI-P: Apa Mudah Seseorang Berubah Karakter?

Nasional
Hadir di Dekranas Expo 2024, Iriana Jokowi Beli Gelang dan Batik di UMKM Binaan Pertamina

Hadir di Dekranas Expo 2024, Iriana Jokowi Beli Gelang dan Batik di UMKM Binaan Pertamina

Nasional
Jokowi Ucapkan Selamat ke PM Baru Singapura Lawrence Wong

Jokowi Ucapkan Selamat ke PM Baru Singapura Lawrence Wong

Nasional
Seputar Penghapusan Kelas BPJS dan Penjelasan Menkes...

Seputar Penghapusan Kelas BPJS dan Penjelasan Menkes...

Nasional
Konflik Papua: Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

Konflik Papua: Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

Nasional
Para 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah serta Deretan Aset yang Disita

Para "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah serta Deretan Aset yang Disita

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com