Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kinerja Menteri Harus Dibandingkan dengan Nawa Cita, Bukan Kepentingan Politik"

Kompas.com - 08/01/2016, 15:42 WIB
Abba Gabrillin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Politisi Partai Demokrat Khotibul Umam Wiranu mengatakan, penilaian terhadap kinerja menteri seharusnya didasarkan pada program prioritas Nawa Cita yang menjadi target pemerintah.

Penilaian untuk perombakan anggota kabinet sebaiknya tidak berdasarkan kepentingan politik elite pemerintahan.

"Kalau mau objektif, kinerja pemerintah harus dibandingkan dengan Nawa Cita. Sejauh mana menteri-menteri menjalankan Nawa Cita bagi rakyat," ujar Umam dalam diskusi publik di Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (8/1/2016).

Menurut Umam, tolak ukur misalnya dilihat dari kemampuan menteri dalam melindungi warga negara dalam kebebasan berpendapat, serta membentuk karakter bangsa dengan program revolusi mental. (baca: Jokowi Minta Menteri Tidak Terpengaruh Isu "Reshuffle")

Meski demikian, menurut Umam, kepentingan politik pada tingkat elite tidak dapat dipungkiri akan lebih besar memengaruhi formasi kabinet.

Misalnya, antara Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, serta partai-partai yang terlibat dalam pemerintahan. (baca: Zulkifli Tegur Anggotanya yang Spekulasi soal "Reshuffle")

"Jokowi dan Jusuf Kalla harus berkompromi soal memilih menteri-menteri. Tidak bisa Presiden adu kuat dengan Wapres, menggunakan menteri untuk memukul yang lain, misal dalam soal Freeport," kata Umam.

Presiden sebelumnya menegaskan bahwa perombakan jabatan menteri dalam kabinetnya merupakan murni hak prerogatif dirinya. (Baca: Jokowi: Jangan Mendikte, Intimidasi dan Desak "Reshufle")

Penegasan tersebut diungkapkan Jokowi melalui akun Instagram resminya, Minggu (3/1/2016) sore.

"Reshufle adalah hak prerogatif Presiden. Tidak boleh ada yang dikte-dikte, intimidasi, desak-desak," tulis Jokowi. (Baca: PAN Tak Mau Disebut Dikte Presiden Jokowi Soal Kursi Menteri)

Bahkan, pada akhir unggahannya tersebut, Jokowi kembali mengulang pernyataannya. "Ini adalah hak prerogatif Presiden," tulis dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Nasional
[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com