Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/06/2015, 15:40 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Saat menjadi Menteri Perdagangan 2000 lalu, Wakil Presiden Jusuf Kalla pernah mengunjungi Afrika Selatan. Melalui kunjungannya tersebut, Kalla sempat mempromosikan batik di Afsel.

Ia membawa teman-teman pengusaha batik agar warisan budaya Indonesia itu bisa masuk pasaran Afsel.

"Pada 2000, sebagai Mendag, saya ke Afsel termasuk membawa teman-teman pengusaha batik. Kepada sesama Mendag Afsel, saya bilang, bisa enggak kita memperkenalkan batik," kata Kalla saat menyampaikan sambutannya dalam pembukaan Gelar Batik Nusantara 2015 di Jakarta Convention Center, Rabu (24/6/2015).

Kendati demikian, mempromosikan batik ke Afsel bukan perkara mudah. Kepada Kalla, Menteri Perdagangan Afsel ketika itu menyampaikan bahwa sulit bagi Indonesia untuk memperkenalkan batik di negara tersebut.

Padahal, mantan Presiden Afsel Nelson Mandela kerap mengenakan batik saat menghadiri forum-forum internasional. Kebiasaan Mandela mengenakan batik ini yang menjadi alasan pemerintah Afsel menilai sulit bagi batik Indonesia menembus pasar di negara tersebut.

Menurut Mendag Afsel ketika itu, batik dikenal sebagai pakaian khas Mandela sehingga masyarakat awam di Afsel merasa tidak ada batik yang bisa menyaingi pakaian Mandela.

"Di sini (Afsel), batik dikenal sebagai Mandela shirt. Lalu karena Mandela dianggap layaknya dewa di sana, batik dinilai susah laku karena tidak ada yang bisa menyaingi Mandela," tutur Kalla.

Ia juga menyampaikan bahwa Presiden kedua Soeharto kerap mengirimkan Mandela batik untuk dipakai. Setiap tahun, kata Kalla, Soeharto mengirimkan ke Afsel kurang lebih lima pakaian batik untuk Mandela.

Selain menceritakan pengalamannya dalam mempromosikan batik ke Afsel, Kalla mengingatkan generasi muda untuk menjaga batik yang ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia tersebut.

Wapres juga mengingat akan tantangan yang perlu dijawab dalam mengembangkan batik pada masa yang akan datang. Ia menilai penting untuk meningkatkan produktivitas batik mengingat batik sudah menjadi pakaian yang dikenakan sehari-hari.

Tantangan berikutnya dalam mengembangkan batik adalah melakukan inovasi agar batik bisa diterima semua kalangan. Diperlukan kreativitas agar Indonesia tidak tertinggal dengan negara lain yang juga mengklaim memiliki batik khasnya sendiri.

Ia menyebut batik mempunyai sejarah yang panjang dalam kehidupan bangsa Indonesia. Inovasi batik, kata dia, sudah dimulai sejak berabad-abad lalu. Perkembangan batik dimulai dari Pulau Jawa, tetapi kini dikembangkan hampir di semua pulau di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com