Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politisi PDI-P Usul Sistem Pemilu Diubah untuk Tambah Proporsi Perempuan

Kompas.com - 22/04/2015, 06:45 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini, pemilihan umum legislatif di Indonesia menerapkan sistem proporsional terbuka. Dengan sistem ini, masyarakat diberi keleluasaan untuk menentukan sendiri calon legislatif dari partai yang dipilihnya.

Namun, cara ini dinilai menghambat partisipasi perempuan di lembaga legislatif. Tak mengherankan apabila saat ini jumlah legislator perempuan di DPR RI periode saat ini hanya 97 orang atau setara 17,32 persen, alias tidak sampai 20 persen dari jumlah keseluruhan yang mencapai 560 orang.

"Kalau dengan proses proporsional terbuka memang sulit bagi perempuan untuk bisa mengalahkan laki-laki," kata Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat, di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (21/4/2015).

Djarot tidak merinci apa yang menjadi penyebab masyarakat lebih menyukai memilih calon legislatif laki-laki ketimbang perempuan. Dia menilai hal tersebut telah menutup peluang kader-kader perempuan yang potensial. Menurut Djarot, sangat banyak kader-kader perempuan potensial di partai yang tidak bisa duduk di lembaga legislatif karena tidak terpilih oleh masyarakat pada pemilihan umum legislatif yang lalu. Ia menyontohkan salah satu koleganya di PDI Perjuangan, Eva Sundari.

"Kalau bersaing di pasar bebas begitu ya perempuan susah dong meskipun dia memiliki kemampuan luar biasa. Kayak mbak Eva, kemampuannya luar biasa tapi dengan cara yang terbuka begini berat bagi beliau," ujar pria yang juga menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Atas dasar itu, Djarot mengatakan, PDI Perjuangan tengah mengusulkan agar pemilihan umum legislatif kembali menggunakan sistem proporsional tertutup. Sebab dengan sistem proporsional tertutup, Djarot yakin partai akan mampu menyusun kader-kader terbaik dan menempatkan kader-kader perempuan dalam jumlah ideal.

Dengan demikian, kata dia, masyarakat akan bisa menyalahkan partai politik apabila kader-kadernya yang duduk di lembaga legislatif memiliki kinerja yang buruk. Selama ini, menurut Djarot, itu tidak bisa dilakukan bila pemilihan umum masih menggunakan sistem proporsional terbuka.

"Kalau sistemnya terbuka seperti ini kan tidak sepenuhnya salah parpol. Kalau terbuka seperti ini siapapun bisa (duduk di lembaga legislatif) asalkan punya duit dan jaringan yang bisa dibeli. Tapi kalau tertutup, kita salah menempatkan orang, maka itu tanggung jawab parpol," ujar mantan Wali Kota Blitar tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

ICW Dorong Dewas KPK Tetap Bacakan Putusan Kasus Nurul Ghufron, Sebut Putusan Sela PTUN Bermasalah

ICW Dorong Dewas KPK Tetap Bacakan Putusan Kasus Nurul Ghufron, Sebut Putusan Sela PTUN Bermasalah

Nasional
Anies Dinilai Sulit Cari Partai yang Mau Mengusungnya Sebagai Cagub DKI Jakarta

Anies Dinilai Sulit Cari Partai yang Mau Mengusungnya Sebagai Cagub DKI Jakarta

Nasional
PAN Klaim Dapat Jatah 4 Menteri, Zulkifli hingga Viva Yoga Mauladi

PAN Klaim Dapat Jatah 4 Menteri, Zulkifli hingga Viva Yoga Mauladi

Nasional
SYL Klaim Tak Pernah 'Cawe-cawe' soal Teknis Perjalanan Dinas

SYL Klaim Tak Pernah "Cawe-cawe" soal Teknis Perjalanan Dinas

Nasional
Ribut dengan Dewas KPK, Nurul Ghufron: Konflik Itu Bukan Saya yang Menghendaki

Ribut dengan Dewas KPK, Nurul Ghufron: Konflik Itu Bukan Saya yang Menghendaki

Nasional
Kemenag Kecewa 47,5 Persen Penerbangan Haji yang Gunakan Garuda Indonesia Alami Keterlambatan

Kemenag Kecewa 47,5 Persen Penerbangan Haji yang Gunakan Garuda Indonesia Alami Keterlambatan

Nasional
Klarifikasi Korps Marinir soal Kematian Lettu Eko, Akui Awalnya Tak Jujur demi Jaga Marwah

Klarifikasi Korps Marinir soal Kematian Lettu Eko, Akui Awalnya Tak Jujur demi Jaga Marwah

Nasional
Anies dan Sudirman Said Sama-sama Ingin Maju Pilkada DKI, Siapa yang Mengalah?

Anies dan Sudirman Said Sama-sama Ingin Maju Pilkada DKI, Siapa yang Mengalah?

Nasional
Bertolak ke Sumbar, Jokowi dan Iriana Akan Tinjau Lokasi Banjir Bandang

Bertolak ke Sumbar, Jokowi dan Iriana Akan Tinjau Lokasi Banjir Bandang

Nasional
Dititip Kerja di Kementan dengan Gaji Rp 4,3 Juta, Nayunda Nabila Cuma Masuk 2 Kali

Dititip Kerja di Kementan dengan Gaji Rp 4,3 Juta, Nayunda Nabila Cuma Masuk 2 Kali

Nasional
Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Nasional
Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis 'Mercy'

Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis "Mercy"

Nasional
26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

Nasional
Soal Perintah 'Tak Sejalan Silakan Mundur', SYL: Bukan soal Uang, tapi Program

Soal Perintah "Tak Sejalan Silakan Mundur", SYL: Bukan soal Uang, tapi Program

Nasional
Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com