Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Babi Manusia" Jalan-jalan di Bundaran HI Tolak Rp 1 Triliun untuk Parpol

Kompas.com - 15/03/2015, 11:50 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hardi, Oji Lulungan dan Djibril melangkahkan kaki di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Minggu (15/3/2015) pagi. Di leher ketiganya tergantung kanvas bergambar sosok babi.

Bertanduk, namun bertubuh manusia yang tengah mengenakan jas. Di ujung bawah lukisan itu tertulis "Rp 1 triliun, 1 Parpol". Aksi mereka mengundang perhatian para pengunjung car free day.

Beberapa warga ada yang mengabadikan aksi unik mereka. Bahkan ada beberapa pemuda yang berposes 'selfie' dengan Hardi dan kawan-kawan.

Mereka yang berinteraksi dengan Hardi sepakat dengan tuntutan aksi mereka. Aksi Hardi dan rekan-rekannya yang sama-sama berprofesi sebagai pelukis tersebut merupakan bagian dari aksi damai menolak rencana dari pemerintahan Joko Widodo memberi subsidi Rp 1 triliun untuk satu partai politik.

Hardi dan rekan-rekannya itu ingin mengajak masyarakat menolak kebijakan itu dengan caranya sendiri. "Kami menganggap kebijakan itu kejahatan demokrasi," ujar Hardi saat berbincang santai dengan Kompas.com di sela aksinya.

Menurut Hardi, partai politik memang jadi kendaraan perjuangan. Mereka merupakan representasi rakyat. Tetapi, Hardi menegaskan bahwa partai politik bukan representasi apa kemauan rakyat. [Baca: Presiden Jokowi Setuju Parpol Didanai Rp 1 Triliun dari APBN, asalkan...]

Partai politik di Indonesia telah meninggalkan prinsip dari rakyat untuk rakyat. "Saya yakin itu bukan inisiatif Pak Jokowi. Tetapi inisiatif partai politiknya. Saya melihat peran partai politik terhadap Presiden terlalu dominan," ucap Hardi.

Oji Lulungan, rekan Hardi menambahkan, kepercayaan rakyat terhadap partai politik saat ini menurun drastis. Apalagi, banyak kader partai politik yang terjerat kasus tindak pidana korupsi.

Jumlah kerugian negara, kata Oji, pun tidak kecil. Oji khawatir kebijakan menyubsidi partai politik adalah akal-akalan oknum parpol untuk berbuat korupsi.

"Parpol kan awalnya saja janji-janji. Nanti ya kalau sudah terpilih, korupsi. Apalagi ini mau diberi Rp 1 triliun, makin kaya mereka," ujar Oji.

Hardi dan Oji menyarankan agar anggaran itu lebih baik dialokasikan kepada program yang menyentuh rakyat miskin. Soal mengapa mereka menyalurkan aspirasi melalui media kanvas, Hardi menganggap opini yang ada di media massa dimonopoli oleh pengamat politik, pakar dan sebagainya.

Hardi dan rekan-rekannya yang mengaku warga negara yang partisipatif juga ingin menyalurkan aspirasinya. "Kami akhirnya memilih jalan sesuai yang kami mampu, yakni melukis. Kebiasaan lukis untuk penyaluran aspirasi sudah lama hilang sejak orde baru. Kami ingin menggairahkan lagi," ujar Hardi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi 4 Negara Kerjasama Demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polisi 4 Negara Kerjasama Demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Nasional
KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

Nasional
Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Nasional
KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

Nasional
KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

Nasional
Kontak Senjata hingga Penyanderaan Pesawat, Rintangan Pemilu 2024 di Papua Tengah Terungkap di MK

Kontak Senjata hingga Penyanderaan Pesawat, Rintangan Pemilu 2024 di Papua Tengah Terungkap di MK

Nasional
Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Nasional
Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nasional
Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Nasional
Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Ide "Presidential Club" Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Nasional
Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Nasional
BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com