Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari 18 Jokowi-JK: Pro Kontra Kenaikan Harga BBM Menguat

Kompas.com - 29/01/2015, 10:10 WIB
Inggried Dwi Wedhaswary

Penulis

Pemerintahan Jokowi-JK telah genap 100 hari, Selasa (27/1/2015), sejak dilantik 20 Oktober 2014. Kebijakan strategis dan langkah politik dari para pejabat baru pemerintahan menjadi sorotan. Kompas.com hari ini menulis 100 artikel yang berisi kebijakan dan peristiwa menonjol yang terjadi dalam 100 hari pemerintahan baru dari hari ke hari.

KOMPAS.com -
Wacana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sudah muncul sejak awal Joko Widodo-Jusuf Kalla dilantik sebagai presiden dan wakil presiden. Wacana itu semakin menguat di minggu ketiga pemerintahan Jokowi-JK. Apalagi, Wapres Jusuf Kalla memastikan bahwa harga BBM akan naik pada bulan November ini.

Dalam kunjungannya ke Sulawesi Barat, Kamis (6/11/2014), Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa pemerintah masih menimbang soal kemungkinan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.[Baca: Kenaikan Harga BBM Masih Dikalkulasi]  

"Itu akan kami sampaikan setelah semua dikalkulasi," kata Jokowi.

Menurut Jokowi, semua kemungkinan bisa saja terjadi. Namun, dia kembali memastikan bahwa pemerintah belum menyimpulkan bahwa harga BBM bersubsidi akan naik. "Kami belum putuskan sampai detik ini," kata dia.

Wacana ini pun mengundang pendapat beragam. Ada yang setuju harga BBM dinaikkan dengan catatan subsidi dialihkan secara tepat. Sementara, yang menolak, mempertanyakan alasan pemerintah menaikkan harga BBM.

Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) mengkritik rencana pemerintah mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM). Menurut Ibas, pengurangan subsidi BBM tidak masuk akal dilakukan saat ini karena harga minyak dunia terus turun sampai ke kisaran 80 dollar AS per barrel. [Baca: Ibas: Buat Apa Pengurangan Subsidi BBM?]

"Bahwa kalau memang kondisi saat ini dalam keadaan stabil atau (harga minyak) lebih rendah, ya buat apa melakukan pengurangan subsidi?" kata Ibas, di Kompleks Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (6/11/2014).

Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat itu melanjutkan, laju ekonomi Indonesia saat ini memang cenderung melambat. Penyebabnya di antaranya karena hiruk pikuk pemilihan umum dan pembentukan kabinet pemerintahan yang baru.

Namun, untuk menyikapinya, kata Ibas, tidak ada alasan bagi pemerintah menaikkan harga BBM saat ini. Kalaupun harus dinaikkan, maka putra Susilo Bambang Yudhoyono itu meminta pemerintah memberi penjelasan secara detail kepada DPR.

"Jangan sampai membuat masyarakat semakin sulit. Belum lagi nanti ada relasi dengan yang lainnya. Saya tidak mau kenaikan harga BBM, tapi tidak dipikirkan kemungkinan lain," ujarnya.

Jangan mengulang lagu lama

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Ari Dwipayana, mengatakan, setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan Jokowi sebelum menaikkan harga BBM. Pertama, Jokowi harus memastikan persiapan perlindungan sosial untuk meredam dampak dari naiknya harga BBM.

"Sistem perlindungan sosial yang dibangun tidak hanya akurat, tetapi juga efektif dan terintegrasi. Harus betul-betul meyakinkan, tidak sekadar lagu lama yang dinyanyikan kembali," kata Ari.

Kedua, kata Ari, Jokowi juga perlu menjamin adanya upaya mencapai kedaulatan energi yang konkret. Caranya dapat ditempuh dengan memberantas mafia migas dan mengelola sumber daya energi sepenuhnya untuk kepentingan nasional.

"Kedaulatan energi itu harus dipastikan untuk kepentingan nasional, bukan kepentingan mafia impor, mafia migas," ujarnya.

Ketiga, Ari menyarankan Jokowi melakukan politik energi yang lebih luas. Harus ada keberanian dari pemerintah mengalihkan penggunaan BBM ke energi alternatif lainnya, misalnya gas. Di posisi ini, perlu kepiawaian pemerintah memberi pemahaman secara komprehensif dan tidak sepotong-sepotong kepada publik.

"Selama ini, penjelasan pemerintah tidak pernah utuh. Harga BBM naik untuk menghindari defisit anggaran. Harusnya dijelaskan lebih komprehensif," ujarnya.[Baca: Presiden Harus Harus Hati-hati Naikkan harga BBM, Jangan Lagu Lama yang Dinyanyikan Kembali]

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo Soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo Soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com