Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Harus Terlibat Korupsi, Pidana, atau Asusila agar Dapat Dimakzulkan

Kompas.com - 01/12/2014, 23:39 WIB

DEPOK, KOMPAS.com- Pakar hukum tata negara, Andi Irman Putra Sidin, menjelaskan, pernyataan Ketua Presidium Penyelamat Partai Golkar, Agung Laksono, yang mengatakan Aburizal Bakrie sangat mungkin memakzulkan Joko Widodo dari kursi presiden, jika Ical terpilih kembali menjadi Ketua Umum Golkar, dinilainya tidak tepat.

Menurut Andi pernyataan itu terlalu mengada-ada dan cukup berlebihan. "Itu terlalu mengada-ada. Tidak sampai ke sana," katanya saat ditemui di Depok, Senin (1/12/2014).

Andi mengatakan pemakzulan seorang presiden pada dasarnya tidak ditentukan oleh lembaga negara manapun baik DPR, MPR atau MK atau lembaga negara lainnya. Lembaga-lembaga itu katanya hanya mengusulkan dan membahasnya sesuai aturan perundangan.

Menurut Andi, yang paling menentukan dalam pemakzulan Jokowi sebagai Presiden adalah Jokowi sendiri.

"Ketika Jokowi melibatkan diri dalam pidana, baik itu korupsi, asusila, atau apapun yang berkaitan dengan ketentuan sehingga dirinya dianggap tidak layak sebagai Presiden dan pantas dimakzulkan, maka saat itulah Jokowi sudah menunjukkan dirinya tidak layak menjadi presiden dan bisa dimakzulkan. Jadi bukan Ical, bukan DPR, bukan MK, yang menentukan dalam pemakzulan Jokowi. Tetapi Jokowi sendiri," ujar Andi.

Ia menjelaskan jika Jokowi tidak terlibat dalam hal pidana atau asusila atau apapun yang membuat dirinya secara umum bisa dianggap tidak layak sebagai seorang pemimpin atau presiden, maka siapapun tidak bisa memakzulkannya.

Karenanya kata Andi, sikap Ical yang ingin membawa Golkar dalam posisi sebagai penyeimbang pemerintah, sebenarnya menjadi oksigen bagi konstitusi Indonesia.

"Nantinya kehidupan konstitusi akan semakin kuat karena selain menjalankannya, konstitusi juga diawasi dan dievaluasi oleh partai penyeimbang. Ini jelas menjadi oksigen bagi kehidupan konstitusi Indonesia, dan bukan untuk pemakzulan," katanya.

Menurut Andi, posisi penyeimbang berarti, menyikapi pemerintahan dengan obyektif dan apa adanya.

Jika pemerintah dalam menjalankan programnya tidak sesuai dengan konstitusi, katanya harus ditegur dan dievaluasi. "Namun jika sudah tepat, maka harusnya diteruskan dan semakin didorong," ujarnya. (Johnson Simanjuntak)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com